Bogor – Mahasiswa Universitas Pertahanan (Unhan) menerima kuliah umum dari Penasehat Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB Dr. Marty Natalegawa, D.Phil, B.Sc., M.Phil, KCMG dengan tema “Kepemimpinan Strategis”. Kuliah umum dibuka oleh Rektor Unhan Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD., CIQnR, CIQaR., dilaksanakan secara daring, Senin (30/11).
Rektor Unhan mengatakan, topik Kuliah Umum ini sangat penting dan relevan dengan tugas Unhan selaku institusi pendidikan yang memiliki mandat mempersiapkan generasi masa depan, yang memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam hal kepemimpinan, sertap memiliki semangat bela negara.
Peran Kepemimpinan adalah hal yang fundamental dalam menentukan tercapai atau tidaknya goals atau tujuan dari sebuah organisasi, selain itu Kepemimpinan Strategis meliputi tiga hal; Kepemimpinan terhadap diri sendiri, Kepempinan terhadap orang lain, dan Kepemimpiman terhadap organisasi.
Dr. R.M. Marty Natalegawa, B.Sc., M.Phil., Ph.D., menjelaskan stabilitas dan kemajuan ekonomi di ASEAN adalah bukti keberhasilan politik luar negeri Indonesia, karena banyak kesepakatan ASEAN lahir berkat peranan Indonesia yang memimpin dan menjadi motor pergerakan, dimanaANSEAN kini menjadi kawasan yang stabil dan dinamis, telah menjadi One Vision, One Identity, dan One Community.
Peran kepemimpinan Indonesia yang kuat dalam menengahi konflik melalui jalur diplomasi berhasil menumbuhkan kepercayaan di kawasan ASEAN, kiprah kepemimpinan Indonesia secara intensif sehingga pihak-pihak yang bersengketa merasa nyaman dan mau membicarakan, menyelesaikan konfliknya dalam meja perundingan untuk mendapatkan solusi dan jalan keluar, selain itu kiprah kepemimpinan Indonesia menekankan tentang peluang ASEAN untuk berperan di tataran global.
Tiga bentuk tantangan Indonesia kedepan berupa perubahan dinamika tataran geopolitik dan geostrategis serta sengketa wilayah, tentu harus mampu diantisipasi melalui kemampuan mengubah trust deficit menjadi strategi trust dalam mengatasi sengketa wilayah, selain itu Indonesia juga terus membuka komunikasi dan diplomasi dengan kekuatan besar dengan negara-negara lain
Perubahan baik pada tingkat global maupun regional merupakan kenyataan yang harus dihadapi dan diperhitungkan sekaligus merupakan peluang bagi Indonesia untuk mempertahankan kepentingan nasional dan mencapai tujuan nasional.
Berfokus pada peningkatan hubungan ekonomi dan konektivitas memperkuat konsolidasi internal ASEAN, dynamic equilibrium dinilai lanngkah yang sangat tepat. Hal ini berdasar pada contoh konstelasi kawasan regional yang terjadi. Di sektor ekonomi, seperti ACFTA.
Sementara di sektor konsolidasi internal ASEAN, terlihat dari semakin diperhitungkannya Indonesia di kawasan ASEAN, dan semakin diperhitungkannya ASEAN di dunia internasional sebagai suatu kesatuan regional yang cukup solid dan mampu mengentaskan berbagai problema secara damai. Seperti saja konflik Thailand-Kamboja dimana Indonesia disebutkan sebagai pihak yang berhasil melakukan upaya good offices, bahkan berencana untuk memediasi kasus, Hal ini merupakan landasan semangat regionalisme kawasan agar ASEAN menjadi suatu kesatuan kawasan regionalisme yang solid dan diperhitungkan di mata dunia dengan mengedepankan konsep menjunjung tinggi solideritas dengan visi one thousand friends and zero enemies.
Dengan demikian maka perwujudan perkembangan kawasan yang dinamis dan solid tentunya akan tercapai dengan membangun kemitraan strategis di kawasan regional (konsolidasi internal ASEAN) melalui jalur hubungan diplomatik yang erat, dengan mencontoh Uni Eropa dengan birokrasi yang begitu rapi, terprogram dengan baik bisa memajukan setiap negara mitranya.
Beberapa hal penting yang menjadi alasan kenapa dynamic equilibrium harus diterapkan seperti: regionalisme dan multilateralisme di kawasan Asia Pasifik sekarang ini memiliki banyak bentuk selain ASEAN yang menjadi pilar utama kerjasama regional, sehingga penguatan terhadap benteng ASEAN dirasa sangat perlu. Kedua, pencapaian kepentingan nasional kerapkali menjadi sumber konflik, oleh karena itu dalam doktrinnya, Natalegawa menyebutkan tidak ada kekuatan dominan tunggal di kawasan dan berbagai negara di kawasan regional berinteraksi secara damai dan bersifat mutualisme.
Dynamic equilibrium dijadikan sebagai bagian dan antisipasi dinamika perubahan global yang secara ekonomi mengalami resesi berkepanjangan, dan secara politik telah mengubah tatanan dan persepsi global. Keempat, perubahan pandangan dan pendekatan yang berbeda dianggap mampu menyelesaikan hubungan-hubungan yang tadinya menjadi sumber instabilitas, sekarang bergerak sebaliknya yakni mencari pijakan baru tanpa menuju ke sebuah konflik terbuka. Kelima, merupakan sebuah kerangka kerjasama strategis yang mengakomodasikan berbagai kepentingan dan kekuatan dominan. Keenam, konsep keterpaduan dan ketergantungan yang saling menguntungkan pembangunan dan perkembangan negara-negara ASEAN. Ketujuh, merupakan pengejawantahan menyeluruh menyeluruh yang mengakhiri hegemonisme. Kedelapan, landasan penting membedakan kebangkitan negara-negara ASEAN berdasarkan asas kesetaraan dan menjadikan kemajemukan sebagai kemanunggalan baru menghadapi persoalan global. Kesembilan, sebagai upaya global melakukan komersialisasi ekonomi dan perdagangan internasional bagi kesejahteraan bersama. Beberapa faktor utama tersebut di atas yang dianggap Natalegawa sebagai alasan mengapa doktrinnya (dynamic equilibrium) sangat tepat diterapkan untuk kawasan regional.
Konsep kepemimpinan Strategis ini tentunya didukung dengan kemampuan berdiplomasi dengan tujuan mampu memikat mitra untuk mau bekerja sama, dalam menjaga stabilitas kemitraan kawasan yang solid, dari kemitraan ini akan meningkatkan daya tangkal yang kuat sehingga ancaman-ancaman yang akan datang dari luar bisa dengan mudah diselesaikan.
Sebelum mengakhiri kuliah umunya dilaksanakan sesi tanya jawab dengan Civitas akademika Unhan, beberapa aspek pertanyaan yang menjadi fokus utama seperti peran diplomasi Indonesia dalam penyelesaian konflik laut China Selatan, kepemimpinan Strategis Indonesia di kawasan ASEAN, peran diplomasi Indonesia kedepan.
Kegiatan kuliah umum ini diikuti oleh seluruh mahasiswa Unhan, pejabat eselon I, II, III dan Dosen Unhan. (Anh)
Mengetahui : Kabag Humas Unhan.