Bogor – Fakultas Farmasi Militer (FFM) Universitas Pertahanan (Unhan) melaksanakan Kuliah Pakar Seri-1 dengan tema “Kemandirian Produksi Vaksin untuk Mendukung Pertahanan Negara dan Keamanan Nasional” melalui daring Zoom Meeting. Kamis, (4/02).
Kuliah Pakar Seri-1 dibuka dengan opening remarks dari Rektor Unhan, Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD., CIQnR, CIQaR.,IPU dan Sambutan Plh. Dekan Fakultas Farmasi Militer Universitas Pertahanan Prof. Dr. apt. Yahdiana Harahap, M.S.
Kuliah Pakar ini menghadirkan Narasumber antara lain Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Dr. dr. Amin Soebandrio, SpMK (K), Direktur Registrasi Obat pada Direktorat Registrasi Obat sekaligus merupakan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Badan POM RI Dr. apt. Lucia Rizka Andalusia, M. Pharm, MARS, dan Direktur Operasional PT Bio Farma Dr. apt. M. Rahman Roetam, S.Si., MBA. Dengan moderator Dr. apt. Bantari Wisynu Kusuma Wardhani, M.Biomed.
Rektor Unhan menyampaikan bahwa kemandirian industri farmasi, termasuk produksi vaksin berperan penting dalam pertahanan negara dan keamanan nasional. Pandemi Covid-19 yang belum usai ini harus menjadi momentum bagi industri dalam negeri, khususnya industri farmasi untuk mengakselerasi kemandirian produksi vaksin dan obat. Penting dan mendesak, bagi industri farmasi dalam negeri, untuk melakukan pengembangan dan inovasi serta dapat memproduksi vaksin dalam skala besar yang terjamin mutu, khasiat, dan keamanan demi pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia. Hal ini tentu tidak dapat dicapai sendirian, kemandirian produksi vaksin Indonesia membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, Industri Farmasi seperti PT Bio Farma, Universitas dan Lembaga Penelitian di Indonesia seperti LIPI, Eijkman, Lembaga Litbang Kesehatan, Lembaga Biologi dan Vaksin Angkatan Darat, dan Lembaga Penelitian Swasta, Regulator, bersama dengan Pemerintah.
Upaya pemerintah dalam percepatan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan sesungguhnya telah dituangkan dalam Inpres No 6 tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Sinergi tersebut hendaknya juga didukung dengan upaya penyediaan Sumber Daya Manusia yang mumpuni dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Universitas Pertahanan, yang berada dibawah Kementrian Pertahanan, menyadari kebutuhan tersebut dan mengejawantahkannya dalam kebijakan pertahanan Indonesia, yakni penyiapan SDM Pertahananan Negara melalui pembentukan program sarjana S-1 Universitas Pertahanan. Salah satunya Fakultas Farmasi Militer.
Plh. Dekan Fakultas Farmasi Militer Unhan menyebutkan kuliah pakar seri-1 ini mengangkat salah satu tema yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini dan juga pivotal dalam pertahanan negara dan keamanan nasional. Kuliah pakar ini bertujuan untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kemandirian bangsa terutama bidang kefarmasian sekaligus menjadi salah satu sumber informasi mengenai kemandirian produksi vaksin dan regulasinya di Indonesia. Dan meningkatkan wawasan kadet mahasiswa S-1 Unhan dan menstimulasi inovasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan farmasi, terutama pada pengembangan vaksin.
Dr. apt. Lucia Rizka Andalusia, M. Pharm, MARS dalam paparannya memberi wawasan mengenai registrasi vaksin di Indonesia, terutama vaksin covid-19 dan adanya EUA (emergency use of authorization). Dijelaskan mengenai lika-liku EUA vaksin secara umum, dan vaksin covid-19 secara khusus di masa pademi dan EUA bukan izin edar. Vaksin yang telah beredar di Indonesia merupakan keperluan uji klinik dan vaksinasi nasional, telah terbukti aman, berkhasiat, dan terjamin mutunya.
Prof. Dr. dr. Amin Soebandrio, SpMK (K) menjelaskan tentang From Bench to Clinics : Vaksin Merah Putih. Proses penelitian dan pengembangan vaksin covid-19 secara umum dengan berbagai platform. Juga informasi mengenai tahap pengembangan Vaksin Merah Putih.
Dr. apt. M. Rahman Roestan, S.Si., MBA mengatakan hasil pengembangan dan penelitian vaksin harus diproduksi secara masal di Industri Farmasi. Proses scale up dan kesiapan industri farmasi dalam negeri. Serta produsen vaksin dan antisera Indonesia. Juga dijelaskan tentang gambaran kesiapan industri farmasi dalam negeri menuju kemandirian produksi vaksin. Secara teknologi, Industri Farmasi Indonesia mampu memproduksi vaksin, produk biologi, dan alat diagnostik. PT. Bio Farma telah berhasil melakukan itu. Bahkan, Indonesia melalui PT. Bio Farma menjadi salah satu pemasok vaksin polio untuk WHO.
Dalam Kuliah pakar ini para peserta sangat antusias berpartisipasi , hal ini terlihat dari jumlah pertanyaan yang masuk, lebih dari 50 pertanyaan disampaikan oleh peserta baik melalui zoom maupun youtube.
Kuliah pakar ini dihadiri praktisi, akademisi, peneliti, dan mahasiswa yang menekuni bidang terkait, Para Pejabat Eselon I, II Unhan , Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), apt. Drs. Nurul Falah Eddy Pariang dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia, Prof. Dr. apt. Daryono Hadi Tjahjono, serta tamu undangan dari berbagai perguruan tinggi, seperti Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Sekolah Farmasi ITB, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada.
Mengetahui: Kabag Humas Unhan.