Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan kajian, maupun bahan pelajaran serta cara penyampaiannya, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi. Kurikulum harus memuat capaian pembelajaran mengacu pada deskripsi 6 (enam) dan level 7 (tujuh) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sesuai Perpres Nomor 8 Tahun 2012, Standar Kompetensi Dokter Indonesia, dan Permendikbud No. 44 tahun 2015 tentang SN-Dikti, yang terstruktur untuk tercapainya tujuan, terlaksananya misi, dan terwujudnya visi keilmuan program studi.
Kurikulum memuat mata kuliah/modul/blok yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan memberikan keleluasaan pada mahasiswa untuk memperluas wawasan dan memperdalam keahlian sesuai dengan minatnya, serta dilengkapi dengan deskripsi mata kuliah/modul/blok, silabus, rencana pembelajaran dan evaluasi. Kurikulum harus dirancang berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills dan keterampilan kepribadian dan perilaku (soft skills) yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Rencana pengembangan perilaku kecendekiawanan direncanakan sejak pertama kali sebagai mahasiswa FK Unhan dengan mendidik dan memberikan contoh melalui kultur empati terhadap problematika yang ada di masyarakat khususnya kondisi bencana.
Peran kecendekiawanan calon dokter militer FK Unhan adalah generasi masa depan bangsa, menjadi harapan nusa dan harkat kerakyatan di daerah tempat bertugasnya. Calon dokter militer membawa misi suci dan visi memberikan keberkahan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk mencapai titik kulminasi yaitu one health care – one health community. Konsep ini menuangkan dua aspek penting diantara dua gelas yang berbeda. Gelas pertama adalah spirit personalized medicine bahwa setiap individu memiliki karakteristik penyakit tertentu yang berbeda dengan individu lainnya. Hal ini merupakan tataran mikro untuk menyelami dan mendalami tidak hanya sekedar entity diseases, namun menguak fenomena tubuh yang bergerak dengan keterbatasannya menghadapi intervensi penyakit. Tubuh (host) berupaya memodifikasi sistem kekebalan tubuhnya mendinamisasi potensi pasukan perangnya menghadapi infeksi. Gelas kedua adalah perspektif epidemiologi yang berselancar diantara dua kutub yaitu melihat penyakit sebagai kesehatan komunitas yang perlu dikelola pada ‘track’ kualitas hidup, disisi lain kutub yang melihat sebagai nilai prediktif sejauh mana kesehatan komunitas berperan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Dalam perspektif lapangan, kecendekiwatan dokter militer adalah multilayers oversight leader mengacu kepada dua nilai ketahanan bangsa yaitu ketertiban bangsa dan keselamatan insani. Ketertiban bangsa merujuk kepada disiplin mutu kerja berbasiskan kepada agama dan nasionalisme. Ketertiban bangsa memilki acuan tercapainya sendi-sendi kekuatan pribadi (individual confidence) berasaskan kejujuran, kebenaran dan keadilan. ‘Disiplin adalah nafasku’ merupakan motto dari TNI yang dapat diterapkan kepada generasi dokter milenial saat ini.
Peran kecendekiawanan dokter militer berkelanjutan sebagai akademisi memiliki kontribusi besar untuk mengakselerasi pembangunan di masyarakat melalui perannya di TNI. Mengingat tantangan kedepan adalah sejauh mana sistem teknologi pertahanan dapat menjembatani berbagai kompleksitas masalah yang terkait dengan kondisi sosial ekonomi di masyarakat. Akademisi TNI dengan berbagai institusi TNI dan jejaring pendidikan, penelitian dan pengembangannya diharapkan dengan kapasitas dan kompetensinya.
Perilaku kecendekiawanan dokter militer senantiasa dalam naungan intelektualitas bangsa. Intelektualitas dalam perspektif kebangsaan mengembangkan beberapa prinsip kecendekiawaannya yaitu: (1) Prinsip ketahanan bangsa terhadap interelasi, interaksi dan koneksivitas keseimbangan potensi energi bangsa, (2) Analisis mikro dan makro terhadap masalah dan isu masa kini dan masa depan konsep kesehatan bangsa, sebagai nilai kreativitas menuju bangsa yang berdaulat.