- Bogor – Rektor Universitas Pertahanan RI Laksamana Madya TNI Prof.Dr.Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD, secara resmi membuka Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Stregthening Defense Technology in The Era of Internet of Military Things in Supporting The National Defense”, pada Kegiatan konferensi internasional “The 13th International Conference on Advanced Computer Science and Information Systems (ICACSIS), dan The 6th International Workshop on Big Data and Information Security (IWBIS), yang berlangsung secara online. Senin (25/10/2021).
Dalam sambutannya Rektor Unhan RI (Republik Indonesia Defense University :RIDU) menyampaikan Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi siber dan teknologi otomatisasi. Revolusi Industri 4.0 dikenal juga dengan istilah “cyber physical system”. Konsep penerapannya berpusat pada otomatisasi. Dibantu teknologi informasi dalam proses pengaplikasiannya, keterlibatan tenaga manusia dalam prosesnya dapat berkurang. Dengan demikian, efektivitas dan efisiensi pada suatu lingkungan kerja dengan sendirinya bertambah dan berdampak signifikan pada kualitas kerja dan biaya, beragam aplikasi IoT telah banyak dibuat dan implementasinya, seperti aplikasi smart-building,smart-home, smart-vehicle, smart-farming, smart-city dan smart-industry.
Perkembangan teknologi juga telah membawa konsekuensi terhadap dunia militer dan pertahanan sebuah negara, Hal ini tidak terlepas dari adopsi berbagai teknologi dan penemuan baru dalam bidang militer yang bertujuan untuk memperkuat sistem pertahanan negara. Kondisi ini membuat seluruh negara berupaya untuk memperbaharui sistem pertahanan mereka untuk menghadapi ancaman yang terkait dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Bagi Indonesia, ini merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang bagi sistem pertahanan yang saat ini dimiliki.
Dibidang Pertahanan pemanfaatan IoT dalam Aplikasi Militer dan Pertahanan, guna mengatasi berbagai tantangan peperangan dan medan perang, Internet of Military Things (IoMT) adalah kelas IoT untuk operasi tempur modern dan peperangan Cerdas, dengan menciptakan ekosistem miniatur teknologi pintar yang mampu menyaring informasi sensorik dan secara mandiri mengatur banyak tugas sekaligus, IoMT secara konseptual dirancang untuk meringankan beban fisik dan mental yang dihadapi para prajurit dalam pertempuran lapangan, Target dari IoMT adalah memecahkan tantangan perang modern.
Penerapan Machine Learning (ML) dan AI sangat berguna untuk efisien memproses sejumlah besar data yang diambil dari kumpulan perangkat dan sensor dari medan perang untuk mendapatkan informasi yang berharga dan penting. Informasi ini membantu mengambil keputusan penting secara tepat waktu oleh para perwira dan merencanakan tindakan strategis lanjutan, sementara AI dapat membantu dalam memilah dan menggabungkan informasi dari kumpulan data yang berbeda, serta memperoleh dan menjumlahkan kumpulan informasi dari berbagai sumber. Analisis lanjutan ini memungkinkan personel militer untuk kemudian mengenali pola dan memperoleh korelasi guna dominasi Medan tempur.
Dalam kesempatan ini Rektor Unhan RI menyampaikan Pentingnya penguatan teknologi pertahanan di era Revolusi industri 4.0 untuk kepentingan pertahanan negara sebagai upaya penguatan teknologi pertahanan, selain itu suatu negara akan tertinggal dari negara lainnya di tengah pesatnya kemajuan teknologi pertahanan, dengan adanya FGD cyber security ini Rektor Unhan RI berharap dapat untuk meningkatkan profesionalisme para civitas akademika agar mempunyai daya saing yang tinggi guna peningkatan dan pengembangan keilmuan, khususnya teknologi pertahanan dan cyber security.
Dalam FGD ini menghadirkan narasumber Plt.Dirjen Dikti Kemendikbudristek Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D, IPU, Asean Eng., dengan tema “Penyiapan SDM Digital untuk memperkuat Teknologi Pertahanan IoMT”, Ir. Setiyadi Yazid, M.Sc., Ph.D., Dosen Fasilkom UI/Member Og CCSC UI, dengan tema “IoT Vulnerabilities”, Direktur Politeknik Siber dan Sandi Negara, Nunil Pantjawati, B.Sc., M.E. dengan tema ” Perlindungan Infrastruktur Vital Nasional dari Serangan Siber dan Peperangan Siber”, dan Wakil Dekan Fakultas Teknologi Militer Unhan RI Kolonel Sus. Dr. Ir. Rudy Agus Gemilang Gultom,M.Sc., CEH, CIQAR dengan tema “Kebutuhan Satelit Pertahanan untuk mendukung sistem Komunikasi Militer di Era Network Centric Warfare (NCW)”, dengan moderator diskusi Dosen Fakultas Teknologi Pertahanan Unhan RI Dr.Ir. Andrian Andaya Lestari, SMIEEE.
Sebagai pemateri pertama Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D, IPU, Asean Eng menjelaskan Peperangan di masa depan menuntut kita untuk mempelajari dan menguasai teknologi pertahanan yang lebih canggih dari yang ada sekarang. Beberapa teknologi masa depan yang menjadi fokus perhatian kita adalah hal-hal yang berhubungan dengan peperangan Network- centric yang mensyaratkan keterhubungan seluruh simpul yang ada dalam jaringan kerja tunggal. Sumber daya manusia pertahanan memegang peran penting dalam penguasaan teknologi tersebut. Untuk membina kemampuan SDM tersebut, diperlukan kerjasama dan sinergi dari para pemangku kepentingan, sehingga didapatkan keluaran SDM yang kreatif dan inovatif dalam menjawab tantangan ke depan. Lembaga pendidikan diharapkan dapat menghasilkan hasil didik yang dapat berkiprah di dalam organisasi-organisasi yang terlibat dalam pertahanan negara. Untuk itu diperlukan fasilitas pendidikan dan penelitian yang memadai dan suasana dan kondisi yang mendukung proses pendidikan dan penelitian tersebut. Kata kunci: pertahanan, teknologi pertahanan, sumber daya manusia, pendidikan.
Sementara pemapar ke dua Ir. Setiyadi Yazid, M.Sc., Ph.D., menyampaikan IoT atau Internet of Things adalah sebuah makna baru dari koneksi internet. Kalau selama ini koneksi internet adalah menghubungkan human to human maka, Internet of Things adalah menghubungkan benda dengan benda, selain itu dijelaskan tentang makna “Things” dalam IoT saat ini bersifat Machine to Machine, makna sesungguhnya dari “Things” kelak tidak lagi sebatas Machine to Machine, namun dapat juga mahluk hidup (Manusia).
Dibalik semua keunggulan dan kecanggihan teknologi IoT, ternyata tersimpan pula celah vulnerability yang harus diantisipasi, dalam kesempatan ini digambarkan tentang mirai malware sebagai sebuah ancaman keamanan siber untuk IoT, Mirai adalah botnet yang dirancang khusus untuk mempenetrasi IoT yang memiliki sistem keamanan yang lemah. IoT yang dijadikan target biasanya adalah router dan kamera CCTV yang perangkatnya terkoneksi dengan jaringan internet.
Cara malware ini mencari celah pada adalah dengan mengeksploitasi data personal dari perangkat IoT sepertiu sername atau password bawaan dari sparepart yang rentan sistemk eamanannya, Setelah mendapatkan data perangkat IoT, Mirai Malware akan membuat perangkat IoT tersebut mengirimkan paket data ke server target serangan, Potensi membesarnya serangan ini disebabkan karena serangan-serangan paket data yang dilancarkan IoT dilakukan oleh beratus ribu sampai jutaan perangkat dalam beberapa waktu sekaligus sehingga serangan ini disebut dengan serangan Distributed Denial of Service.
Nunil Pantjawati, B.Sc., M.E. dengan tema ” Perlindungan Infrastruktur Vital Nasional dari Serangan Siber dan Peperangan Siber”, Menjelaskan teknologi yang menjadi unsur utama revolusi industri 4.0 ini di antaranya adalah Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence, Addictive Manufacturing (3D printing), Cloud Computing, dan yang tidak kalah penting yaitu Cyber Security. Dalam implementasi revolusi industri 4.0, seluruh perangkat, mesin, sensor, dan sistem teknologi informasi berinteraksi melalui internet. Data dan informasi menjadi aset yang sangat berharga dan rentan terhadap serangan siber. Di sinilah keamanan siber berperan penting, menjadi fondasi dalam menjaga keamanan dan keterhubungan seluruh sistem.
Fondasi keamanan siber itulah yang perlu diperkuat, disinergikan, dan dioptimalkan agar tingkat ketahanan siber Indonesia semakin kuat dalam menghadapi ancaman yang bersifat multi-dimensi, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.
Oleh karena itu, kata dia, maka diperlukan adanya suatu strategi nasional yang memberikan kejelasan bahwa Indonesia tidak hanya melihat ancaman di bidang siber dalam lingkup sempit dari aspek teknis, tetapi juga perspektif yang lebih luas. Untuk itu pada tahun 2020, BSSN sebagai institusi di bidang keamanan siber telah menyusun Strategi Keamanan Siber Nasional (SKSN) sebagai langkah nyata kehadiran negara dalam mewujudkan keamanan dan ketahanan nasional di ruang siber.
Sementara Kolonel Sus. Dr. Ir. Rudy Agus Gemilang Gultom, M.Sc., CEH, CIQAR dalam pemaparannya menguraikan Network Centric Warfare (NCW) merupakan konsep Siskodal Operasi militer modern yang mengintegrasikan seluruh komponen atau elemen militer ke dalam satu jaringan komputer militer. NCW berbasis teknologi satelit dan jaringan Internet rahasia militer yang disebut SIPRNet (Secret Internet Protocol Router Network) Dengan adanya teknologi NCW yang didukung infrastruktur SIPRNet, berbagai komponen atau elemen militer di mandala operasi dapat saling terhubung (get connected) secara on-line system dan real-time, sehingga keberadaan lawan dan kawan dapat saling diketahui melalui visualisasi di layar komputer.
Keterhubungan secara elektronik berlaku mulai dari tataran strategis, taktis hingga operational dari suatu operasi militer gabungan, mulai dari para panglima perang di markas komando atau para komandan pasukan di Puskodal hingga ke unit-unit pasukan tempur di medan pertempuran.Berbagai informasi tempur digital (video, grafik, peta, suara, data dan sebagainya) yang tersedia terkait dengan pelaksanaan operasi militer gabungan, tidak hanya dapat diakses oleh para Pimpinan di markas komando saja, tetapi juga dapat diteruskan (information sharing) ke seluruh komandan unit pasukan tempur di lapangan. Tujuan utama dari NCW, dalam lingkup Siskodal, adalah tercapainya keunggulan informasi (information superiority) sehingga dapat membantu Panglima Perang atau Komandan Pasukan mengambil keputusan (decision making) secara tepat, cepat dan akurat guna memenangkan suatu pertempuran (battle)
Pada kegiatan FGD ini, selain kegiatan Pemaparan oleh narasumber, juga dilaksanakan diskusi dan tanya jawab dengan peserta terkait membangun kekuatan pertahanan melalui implementasi IoT.
Mengakhiri kegiatan FGD ini Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan Unhan RI Laksamana Muda TNI Dr. Kasih Prihantoro, S.E., M.M., M.Tr.(Han)., berkesempatan memberikan Penghargaan berupa sertifikat kepada narasumber dan panelis yang hadir dalam kegiatan FGD ini.
Mengetahui : Kabag Humas Unhan RI