Bogor – Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) mengudang Alumni S3 Unhan RI Dr. Jeanne Francoise sebagai narasumber dalam webinar “Perempuan di Bidang Keamanan Nuklir dan Seifgard” pada 11 Oktober 2021, tujuan dari BRIN melakukan Pelatihan ini dalam rangka memenuhi kebutuhan pengembangan kompetensi teknis di bidang keamanan nuklir dan seifgard bagi para Staf Kemenlu RI dan peneliti BATAN dan Bapeten (sekarang tergabung ke dalam BRIN).Senin (8/11/2021)
Webinar ini dibuka oleh Plt. Kepala Organisasi Riset Teknologi Nuklir, Ir. Agus Sumaryanto, M.S.M., dalam kesempatan ini juga hadir sebagai Narasumber antara lain Yang Mulia Duta Besar Grata Endah Werdaningtyas untuk Misi Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa Swiss, Dr. Gadis Arivia akademisi ahli Filsafat dan Feminisme dari Maryland University dan Renata Hessmann Dalaqua, Ph.D. dari United Nations Institute for Disarmament Research (UNIDIR).
Dalam kesempatan ini Dr. Jeanne Francoise yang merupakan Doktor Ilmu Pertahanan dengan Kajian Penelitian Disertasinya tentang Warisan Pertahanan (Defense Heritage), memaparkan tentang “Sejarah Nuklir untuk Pertahanan Negara berdasarkan Perspektif Ilmu Damai & Resolusi Konflik”, melalui pemaparannya dijelaskan dalam Sejarah kemunculan Nuklir, terdapat peran besar para ilmuwan perempuan, misalnya Marie Curie. Marie Curie menemukan inti Uranium dan kemudian mengembangkan Radioactivity yang ditemukan oleh pembimbing Doktoralnya, Antoine Henri Becquerel. Kedua hal tersebut membuat Marie Curie menjadi wanita dan ilmuwan pertama yang memenangkan 2 (dua) Hadiah Nobel di 2 (dua) bidang yang berbeda, yakni bidang Fisika (1903) dan Kimia (1911).
Selain itu dalam kaitannya dengan Kajian Warisan Pertahanan (Defense Heritage), diingatkan bahwa setiap negara memiliki defense heritage yang berbeda-beda, sehingga kehadiran International Atomic Energy Agency (IAEA) diperlukan untuk mengkonsepkan common values dalam setiap kerjasama penelitian Nuklir, dengan tetap menghormati aspek sejarah pertahanan masing-masing, yakni dengan tetap mengindahkan proteksi setiap objek warisan budaya dan bangunan bersejarah yang berada di dekat wilayah yang menjadi tempat penelitian Nuklir.
Melalui pemaparannya juga menjelaskan bahwa kegiatan ujicoba nuklir yang dilakukan oleh Amerika serikat di beberapa wilayah seperti Marshall Islands, cenderung mengadopsi sistem sosial masyarakat matrilineal dengan hak atas tanah yang diwariskan melalui garis keturunan perempuan (Stege et al 2008, 11). Hal ini artinya suatu kebijakan Nuklir perlu juga memerhatikan aspek sejarah dan budaya masyarakat sekitarnya, serta perlu dipikirkan manfaat besar Nuklir bagi pertahanan, ekonomi, dan pengembangan ilmu dan teknologi.
Kegiatan Webinar dihadari oleh lebih dari 100 Peserta, dengan komposisi staf PNS Kemenlu RI, BATAN, dan Bapeten, kemudian juga terdapat mahasiswa, peneliti, akademisi, dan publik umum.
Mengetahui : Kabag Humas Unhan RI