Bogor – Dekan Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI, Mayor Jenderal TNI TNI Dr. Priyanto S.I.P., M.Si (Han), secara resmi membuka Pembukaan Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) secara daring Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan RI dengan tema “Penyiapan Ibu Kota Baru dalam Perspektif Sishankamrata”, kegiatan KKDN FSP Unhan RI TA.2022 ini bekerjasama dengan Pemprov Kalimantan Timur, khusus Pemerintah Kota Samarinda, KKDN ini berlangsung secara daring online yang diselenggarakan dari tanggal 14 s.d 18 Februari 2022. Senin (14/2/2022).
Pada KKDN FSP Unhan RI pada hari pertama ini menghadirkan narasumber Walikota Dr. H. Andi Harun, Samarinda yang diwakili oleh Dr. H. Rusmadi Wongso Wakil Walikota Samarinda dan Kabid Kesbangpol Kota Samarinda Miftahurrizqa, SE., Dengan moderator Dosen Unhan RI Dr. Dr.Cempaka Timur, M.Si(Han).
Kegiatan KKDN ini diawali Sambutan Dekan FSP Unhan RI, melalui Sambutannya disampaikan berkaitan dengan dipilihnya tema KKDN FSP Unhan RI TA.2022, bahwa Perencanaan pemindahan Ibukota Negara Indonesia telah diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 26 Agustus 2019 di Istana Negara, tentunya harus diimbangi dengan Penyiapan aspek pertahanan dan keamanan yang handal dalam kerangka Sishankamrata, dengan mempertimbangkan segala potensi ancaman yang terus berkembang, adapun Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil kajian yang menyatakan bahwa lokasi tersebut merupakan lokasi ibukota negara yang paling ideal karena mendekatkan ibukota ke seluruh provinsi di Indonesia secara merata serta memberikan kemudahan akses dalam pelaksanaan tugas pemerintahan. Selain itu, lokasi ibukota negara yang terletak di tengah-tengah Indonesia akan mendorong adanya pemerataan pembangunan pada wilayah-wilayah yang sebelumnya kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Lebihlanjut dalam sambutannya Dekan FSP Unhan RI menjelaskan, Pembangunan Ibukota Negara Nusantara yang akan terletak di Kalimantan Timur berpotensi timbulnya ancaman, Hal ini di karenakan pulau Kalimantan yang berbatasan dengan negara tetangga yaitu, Malaysia, Brunei Darusalam, hingga Philipina. Oleh karena itu, ancaman bisa datang dari darat, laut bahkan udara. Dengan adanya berbagai potensi ancaman tadi maka perlu dilakukan cara bagaimana menerapkan strategi pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter melalui kerjasama dengan semua pihak yang ada di Kalimantan Timur.
Melalui penyelenggaraan kegiatan KKDN ini Dekan FSP Unhan RI menyampaikan hasil dari penelitian ini akan dapat membuahkan hasil yang maksimal dan dapat menjadi masukan kepada instansi terkait, sebagai sumbangsih Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI dalam menjawab persoalan pertahanan dan keamanan di Ibu kota Nusantara.
Dalam Pelaksanaan KKDN FSP Unhan RI ini Sesprodi Peperangan Asimetris Kolonel Laut (P) Dr. Rudy Sutanto, S.I.P., M.M, CIQaR, menyampaikan dari tema besar KKDN FSP Unhan RI ini, khusus untuk Prodi Peperangan Asimetris dijabarkan dalam tema penelitian “Kompleksitas Ancaman Asimetris Pada Aspek Sosial Budaya di Kota Samarinda Sebagai Daerah Penyangga Ibu Kota Negara Nusantara”.
Masuk pada Sesi pertama kegiatan KKDN dilaksanakan pemaparan oleh Kabid Kesbangpol Kota Samarinda menyampaikan Kondisi dan Situasi global diwilayah Kalimantan Timur khususnya Samarinda, melalui penjelasan disampaikan Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur awal merupakan bagian dari Kutai Kartanegara, yang wilayahnya dikelilingi dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam sistem perkotaan nasional, Kota Samarinda telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
Luas wilayah 718 Km persegi, saat ini Jumlah Penduduk Kalimantan Timur mencapai 825.949 jiwa, merupakan komposisi masyarakat yang homogen dengan jumlah penganut agama, Islam 91,36%, Protestan 5,06%, Katolik 2,47%, Hindu 0,10%, Budha 0,97%, Khonghucu 0,03%, sementara ditinjau dari Presentase Suku Bangsa Provinsi Kalimantan Timur meliputi suku Jawa 36,70%, Banjar 24,14%, Bugis 14,43%, Kutai 6,26%, Buton 2,13%, dan suku lainnya 16,34%, dari bermacam suku di Kaltim ini maka kaltim di juluki mininya Indonesia karena semua suku Ada.
Dalam kesempatan ini Kabid Kesbangpol Kota Samarinda menjelaskan Potensi Konflik yang sering terjadi adalah Lahan atau pertanahan terkait sertifikasi tanah hak milik, pembangunan tempat ibadah yang didasari kasus penipuan lahan tentang area untuk pembangunan rumah ibadah, sementara menangani gesekan antara ormas hal ini diantisipasi dengan merangkul seluruh ormas yang ada di Samarinda, potensi Konflik ini karena masing-masing ormas memiliki kekuatan, sehingga peran kunci pemerintah (selaku regulator) Terhadap Ormas yaitu melaksanakan Monitoring (Kelembagaan dan Kegiatan), Pengawasan (Misuse – Abuse),dan Pemberdayaan (Capacity Building), dalam penjelasannya juga disampaikan bahwasanya kultur budaya suku Dayak memiliki sensitivitas yang sangat tinggi dan memiliki persaudaraan yang sangat kuat.
Sementara pada sesi kedua pemaparan dilaksanakan oleh Wakil Walikota Samarinda melalui pemaparannya dengan topik “Kesiapan Samarinda Sebagai Kota Penyangga IKN Nusantara dalam prespektif Potensi Ancaman Asimetris pada Aspek Sosial Budaya”, melalui pemaparannya dijelaskan Visi bersama untuk Ibu Kota Negara, dimana Ibu Kota Negara Sebagai Representasi Kemajuan Bangsa seperti yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 2019, bahwa Ibu kota negara bukan hanya simbol identitas bangsa, tetapi juga representasi kemajuan bangsa, Ini demi terwujudnya pemerataan dan keadilan ekonomi. Ini demi visi “Indonesia Maju Indonesia yang hidup selama-lamanya.
Dari visi Ibukota sebagai katalis peningkatan peradaban manusia Indonesia, tentunya harus mencerminkan Identitas Bangsa, menjamin keberlanjutan sosial ekonomi dan lingkungan, mewujudkan kota yang cerdas, modern dan berstandar internasional (Smart Metropolis), sehingga dari visi ini IKN sebagai representasi kemajuan bangsa yang unggul.
Keterhubungan Super Hub Tri Kota IKN diarahkan sebagai katalis Kalimantan Timur, dengan mendorong pengembangan ekonomi melalui kolaborasi segitiga perkotaan dengan ilustrasi, Kota Samarinda sebagai jantung Pusat sejarah Kalimantan Timur dengan sektor energi yang diremajakan, Ibu Kota Negara (IKN) sebagai Pusat Saraf Inti pemerintah dan pusat inovasi hijau, dan Kota Balikpapan sebagai otot simpul hilir migas dan logistik Kalimantan Timur, dan dari hubungan trikota ini menjadikan Kalimantan Timur sebai Paru-paru dengan menghasilkan Pertanian hulu dan Pusat wisala alam.
Dalam kesempatan ini Wakil Walikota Samarinda menyampaikan potensi keunggulan Samarinda berdasarkan aspek potensi daerah sebagai Water Front City dengan fokus pengembangan perdagangan, jasa, dan industri berskala regional dengan peningkatan kualitas lingkungan yang nyaman dan berkelanjutan, Kawasan strategis kepentingan ekonomi terdiri dari Kawasan peruntukan industri, Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Perkantoran dan Kawasan Permukiman.
Dalam pemaparannya juga diuraikan beberapa upaya antisipasi dampak Perang asimetris, meliputi, 1) Program “PRO BEBAYA”, program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dengan mengalokasikan dana Rp100 juta per RT per tahun, Membangun kepedulian dan semangat kegotong-royongan di tingkat satuan permukiman terendah. Target kampung secara fisik maju (jalan/gang, selokan, lampu), bersih, sehat, semua warga kenal satu dengan yang lain, saling bantu dalam kesusahan social dan ekonomi sehingga warga aman, nyaman dan sejahtera, 2) Program “KAMPUNG TANGGUH”, Pandemi Covid-19 memberi hikmah terbangunnya semangat solidaritas, saling membantu dan peduli satu dengan lainnya dengan dibentuknya Posko Covid-19 di keluarahan hingga tingkat RT, satuan kantor, sekolah dan lainnya, dan 3) Program “KAMPUNG BERSINAR”, bekerjasama dengan BNK, termasuk sosialisasi dan pembinaan di sekolah melalui kegiatan Sekolah Bersinar, Pramuka, 4) Pentingnya pelatihan BELA NEGARA, tidak diarahkan hanya ancaman fisik berupa agresi militer dan aksi terorisme, tetapi harus dititik beratkan pada materi bahaya perang asimetri dan skema penjajahan gaya baru “Kebangsaan”, dan 5) Kegiatan Keagamaan dan Kebudayaan, dengan memberi kesadaran pentingnya hidup dalam ketaqwaan dan kebaikan yang mengembirakan tidak dalam ketakutan dalam bingkai tradisi dan kearifan lokal.
Selain menerima pemaparan dari narasumber kegiatan KKDN ini juga dilaksanakan diskusi dan tanya jawab, beberapa topik pembahasan meliputi Sistem deteksi kewaspadaan dini dari Kesbangpol, antisipasi Kesbangpol dalam menyangga IKN, pemetaan konflik kedepan dan ekosistem tiga kota (Samarinda, Balikpapan dan penajam Utara) terkait dengan budaya lokal dan potensi Konflik.
Kegiatan KKDN FSP Unhan RI ini diikuti oleh seluruh Mahasiswa Pascasarjana, dosen dan staf dari FSP Unhan RI.
Mengetahui : Kabag Humas Unhan RI