Bogor – Program Doktoral Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) menggelar webinar Simposium Nasional dengan tema “Relevansi Geopolitik Sukarno Bagi Kepentingan Nasional dan Pertahanan Negara”, dibuka oleh Direktur Program Doktor Unhan RI Mayor Jenderal TNI Dr. Joni Widjayanto, S.Sos., M.M melalui daring zoom meeting. Sabtu, (19/02).
Direktur Program Doktor Unhan RI dalam sambutannya menyampaikan pemikiran geopolitik Sukarno memiliki relevansi dengan kepentingan nasional dan pertahanan negara. Sukarno menyatakan bahwa pertahanan negara hanyalah dapat sempurna semaksimal mungkin, apabila berdiri di atas karakteristik dari pada bangsa dan tanah air, di mana di dalamnya terkandung unsur geopolitik. Legacy Sukarno tentang geopolitik, kepentingan nasional, dan pertahanan negara di antaranya pancasila sebagai ideologi geopolitik Indonesia (1945), pembebasan irian barat (1963), peran sertanya bagi kemerdekaan Maroko (1956), Tunisia (1956), dan aljazair (1962), konferensi internasional anti pangkalan militer asing (kiapma) (1965), pendirian Lemhannas 20 mei 1965 dan wawasan nusantara (1965) sebagai pijakan kebijakan dalam dan luar negeri.
legacy konsepsi Sukarno tentang geopolitik dan relevansinya terhadap kepentingan nasional dan pertahanan negara sangat penting dalam menghadapi dinamika kontemporer geopolitik kawasan dan dunia yang sangat kompleks. Hal ini ditandai dengan dengan adanya trajectory multi-polar dan aliansi-aliansi pragmatis, yang merupakan perwujudan pertarungan abadi neo-liberalisme dan neo-realisme. untuk menghadapi pertarungan geopolitik dan menjaga kepentingan nasional serta pertahanan negara Indonesia, maka pemikiran geopolitik sukarno penting untuk diketengahkan. Sehingga diperlukan sebuah kajian untuk mengetahui relevansi geopolitik sukarno bagi kepentingan nasional dan pertahanan negara, serta menjawab relevansi dan implementasi pemikiran geopolitik Sukarno terhadap kebijakan pertahanan Indonesia. Melalui kegiatan simposium ini diharapkan mampu menghasilkan diskusi yang komprehensif dan juga ilmiah.
Setelah kata sambutan pembuka dari Direktur Program Doktor Unhan RI, acara dilanjutkan dengan penyampaian Pengantar Peneliti tentang Pemikiran Geopolitik Sukarno dan Relevansinya dalam Dinamika Geopolitik Kontemporer Saat ini, oleh Mahasiswa Prodi Doktor Ilmu Pertahanan Konsentrasi Strategi Pertahanan Unhan RI Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., IPU.
Simposium Nasional menghadirkan pembicara antara lain Yudi Latif, Ph.D membahas topik mengenai “Pancasila sebagai Ideologi Geopolitik bagi Tatanan Dunia Baru yang Bebas dari Imperialisme dan Kolonialisme” dan Prof. Banyu Perwita, M.A., Ph.D dengan topik “Kepemimpinan Indonesia melalui Diplomasi Internasional sebagai Pelaksanaan Politik Luar Negeri Bebas-Aktif bagi Dunia yang Lebih Demokratis dan Berkeadilan”. Bertindak selaku moderator Rendy Ananta Prasetya, S.Sos., M.H.
Peneliti Mahasiswa Prodi Doktor Unhan RI dalam paparannya menjelaskan implementasi pemikiran geopolitik sukarno antara lain Irian Barat dapat dibebaskan dari kolonialisme Belanda, kepemimpinan Indonesia diakui dunia, Angkatan Perang Republik Indonesia terkuat di bumi selatan, Restrukturisasi Dewan Keamanan PBB, Sukarno mendapat gelar Pahlawan Islam dan Kemerdekaan dalam Konferensi Islam Asia Afrika tahun 1965, tata Dunia berubah tidak lagi terbagi dalam dua blok besar antara Blok Barat dan Blok Timur, namun ada kekuatan bangsa-bangsa baru yang membangun koeksistensi damai dan bercita-cita mewujudkan Tata Dunia yang lebih demokratis dan berkeadilan.
Pemikiran Geopolitik Sukarno merupakan falsafah bagi kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Dalan mewujudkan kepemimpinan itu maka supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi dikedepankan, antara lain melalui kebijakan perguruan tinggi sebagai City of Intellect. Ada korelasi antara Pemikiran Geopolitik Sukarno dalam memperjuangan kepentingan nasional Indonesia melalui diplomasi luar negeri dan diplomasi pertahanan di dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang bebas dari kolonialisme dan imperialisme.
Turut hadir bergabung dalam acara Simposium Nasional beberapa pejabat Unhan RI, Kemhan RI, serta Dosen, Mahasiswa Unhan RI dengan 400 orang partisipan yang ikut bergabung di dalamnya.