Jakarta – Kegiatan Hari Kedua workshop Emergency Medical Teams (EMT) yang diselenggarakan oleh WHO dan Unhan RI/RIDU dengan tema “Civil-Military Collaboration in Health Emergency Response”, dihadiri oleh berbagai fasilitator dan peserta dari berbagai lembaga dan negara anggota ASEAN, Diikuti langsung oleh Network Leader WHO Emergency Preparedness, WHO HQ, Dr. Flavio Salio bersama Dekan Fakultas Farmasi Militer Unhan RI, Prof. Dr. apt. Yahdiana Harahap, M.S., sebagai Ketua Multi-Country Knowledge and Training Hub for Health Emergencies Operational Readiness (MULTHEOR) Indonesia. Kegiatan ini berlangsung secara hybrid (daring dan luring) dari Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (13/8).
Workshop hari kedua ini juga dihadiri langsung oleh Technical Officer EMT Health Emergencies Programme WHO HQ, Mr Souheil Reaiche, Technical Officer WHO SEARO, Dr John Prawira, ICRC Regional Delegation Office in Bangkok, Mr. Lloyd Gillet serta 35 orang peserta yang terdiri dari 11 peserta perwakilan ASEAN dan Timor-Leste, serta 24 peserta nasional yang berasal dari Unhan RI, Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, Pusat Kesehatan TNI, Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia, Palang Merah Indonesia, POLRI, MER-C, MDMC Muhamadiyah, dan Universitas Indonesia.
Kegiatan pada hari kedua ini dimulai dengan rangkuman workshop pada hari sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua peserta memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi yang telah dibahas sebelumnya.
Sesi utama pada hari kedua adalah presentasi dan diskusi mengenai “Tantangan dalam Penerapan Etika dan Standar dalam Tanggapan Kemanusiaan” yang dipimpin oleh International Committee of the Red Cross (ICRC). Dalam sesi ini, peserta diberikan wawasan mendalam tentang dilema etika yang sering muncul dalam situasi tanggap darurat dan bagaimana standar kemanusiaan dapat diterapkan dengan tepat. Diskusi yang berfokus pada isu-isu sensitif ini memberikan pandangan yang mendalam tentang tantangan nyata yang dihadapi oleh para profesional dalam tanggap darurat.
Setelah sesi pemaparan dilanjutkan dengan pembentukan kelompok diskusi dengan fokus “Peningkatan Kapasitas Emergency Medical Teams (EMT) dalam Hubungan Sipil-Militer yang Efektif”. Diskusi ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk berbagi pengalaman, pandangan, dan ide tentang bagaimana kerja sama antara sektor sipil dan militer dapat ditingkatkan dalam respons darurat. Diskusi kelompok ini mendorong terbentuknya gagasan kreatif dan solusi konkret untuk memastikan kerja sama yang lebih baik di masa depan.
Kegiatan pada workshop juga membahas mengenai “Standar saat Ini untuk Tanggapan Kemanusiaan”. Pada sesi ini pembahasan mencakup tentang standar Global EMT, standar Kedokteran Militer dalam pengaturan kemanusiaan, dan pengalaman Indonesia dalam tim medis darurat. Diskusi ini membantu peserta memahami pentingnya standar yang konsisten dan bagaimana berbagai standar ini dapat diadaptasi dan diterapkan dalam situasi tanggap darurat.
Semua kegiatan yang dilaksanakan pada hari kedua bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi dan rencana aksi konkret yang dapat memperkuat kerja sama antara sektor sipil dan militer dalam tanggap darurat.
Kegiatan workshop diakhiri dengan sesi evaluasi yang memberikan kesempatan bagi para peserta untuk memberikan umpan balik mengenai pelaksanaan workshop dan menyampaikan pandangan tentang upaya perbaikan di masa depan. Keberhasilan workshop ini adalah hasil dari kolaborasi yang aktif antara WHO, Unhan RI, para fasilitator, dan peserta workshop.
(Humas Unhan RI).