Jakarta – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., Ph.D., menerima pemaparan dari Commander of the Royal Canadian Navy (Komandan Angkatan Laut Kerajaan Kanada), Vice Admiral Angus Topshee, CMM, MSM, CD, yang membahas “Canada’s Navy.” Pemaparan ini bertujuan untuk memberikan wawasan mengenai kondisi dan kapabilitas Angkatan Laut Kanada kepada sejumlah pejabat tinggi Unhan RI dan mahasiswa program Magister (S2) Pascasarjana Unhan RI. Kegiatan berlangsung di Ruang Kelas Eksekutif, Lantai 2, Kampus Pascasarjana Unhan RI, Jl. Salemba No. 14, Jakarta Pusat, Kamis (6/11).
Rektor Unhan RI sebagai keynote speaker dalam kegiatan ini, menegaskan pentingnya kerja sama internasional dalam memperkuat kemampuan akademik dan riset di bidang pertahanan. Rektor Unhan RI juga menyampaikan bahwa keunggulan dalam studi pertahanan tidak hanya bergantung pada pengetahuan domestik, tetapi juga pada wawasan global yang dapat diperoleh melalui mitra internasional. Sejarah panjang dan keahlian Angkatan Laut Kerajaan Kanada dalam operasi pertahanan maritim sangat berharga bagi komunitas civitas akademika Unhan RI, khususnya bagi Indonesia yang memiliki kepentingan besar dalam strategi dan kemampuan pertahanan maritim sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Pengalaman yang dibagikan oleh Vice Admiral Angus Topshee diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam bagi para mahasiswa Unhan RI.
Rektor Unhan RI juga mengungkapkan antusiasme untuk mempelajari pengalaman Vice Admiral Topshee dalam operasi angkatan laut modern, tantangan keamanan maritim, serta perkembangan perang maritim di abad ke-21. Kehadiran Komandan Angkatan Laut Kerajaan Kanada ini menjadi kesempatan istimewa bagi dosen dan mahasiswa Unhan RI untuk memperoleh pengetahuan langsung dari salah satu angkatan laut terkemuka di dunia.
Dalam sambutannya, Rektor Unhan RI berpesan kepada para mahasiswa Pascasarjana Unhan RI untuk memanfaatkan kesempatan ini secara maksimal, dengan harapan bahwa wawasan yang diperoleh dari presentasi dan diskusi ini akan memperkaya pemahaman para mahasiswa program Magister (S2) Pascasarjana Unhan RI tentang praktik pertahanan maritim global dan mendukung perkembangan akademik serta profesional.
Sebelum mengakhiri sambutannya, Rektor Unhan RI memperkenalkan riwayat karir dari Commander of the Royal Canadian Navy, Vice Admiral Angus Topshee, yang merupakan Komandan Angkatan Laut Kerajaan Kanada ke-38, dengan latar belakang akademis yang luas serta pengalaman komando di berbagai misi dan wilayah strategis di dunia.
Commander of the Royal Canadian Navy, Vice Admiral Angus Topshee memulai presentasinya dengan menunjukkan video yang menggambarkan semangat Angkatan Laut Kanada sebagai penjaga keamanan maritim dan mitra global. Video tersebut menyoroti dedikasi Angkatan Laut Kanada dalam menjalin hubungan dengan sekutu demi mewujudkan dunia yang lebih aman. Sebagai bagian dari satuan militer terpadu, Angkatan Laut Kanada sering kali kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan angkatan darat dan udara. Meskipun Kanada adalah negara maritim, masyarakatnya terkadang kurang menyadari peran penting angkatan laut, berbeda dengan Indonesia yang lautnya menjadi bagian integral dari identitas nasional.
Vice Admiral Topshee menggarisbawahi perbedaan cara pandang masyarakat Kanada dan Indonesia terhadap negara mereka. Meskipun Kanada memiliki garis pantai terpanjang di dunia dan wilayah laut yang luas, mencakup Samudra Arktik, Atlantik, dan Pasifik, mayoritas masyarakat Kanada melihat negara mereka sebagai negara daratan dengan fokus pada perdamaian. Citra Kanada sebagai penjaga perdamaian global, yang berperan dalam misi Blue Helmet sejak 1956, telah mengakar kuat, meskipun sejarah militer Kanada yang aktif dalam Perang Dunia I dan II sering kali terabaikan.
Dalam presentasi tersebut, Vice Admiral Topshee juga menjelaskan tantangan unik Angkatan Laut Kanada, seperti jarak ekstrem yang harus ditempuh untuk mencapai wilayah utara Arktik, yang lebih jauh dibandingkan melintasi Samudra Atlantik atau Pasifik. Armada Angkatan Laut Kanada terbagi antara pangkalan di pantai timur dan barat, dengan jarak antar pangkalan ini lebih pendek jika ditempuh melalui Terusan Panama daripada langsung melalui utara Kanada. Kondisi keras di wilayah utara, dengan populasi yang sangat sedikit dan tundra luas yang dipenuhi permafrost, membuat Angkatan Laut Kanada harus beroperasi secara ekspedisi di wilayah tersebut, membawa semua pasokan yang dibutuhkan untuk bertahan.
Angkatan Laut Kanada dibagi dalam dua formasi utama: Maritime Forces Atlantic yang bertanggung jawab atas operasi dan kesiapan di pantai timur, serta Maritime Forces Pacific yang mengelola pelatihan dan pendidikan personel di pantai barat. Dengan adanya 24 Naval Reserve Divisions di seluruh Kanada, Angkatan Laut Kanada terus berupaya meningkatkan perekrutan dan memperkenalkan peran mereka kepada masyarakat, meskipun kesadaran publik terhadap angkatan laut masih terbatas.
Sebagian besar masyarakat Kanada masih memandang negaranya lebih terhubung ke Eropa melalui NATO, daripada melihat diri mereka sebagai bagian dari negara Pasifik. Peta yang menempatkan Samudra Pasifik sebagai pusat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kedekatan Kanada dengan negara-negara di kawasan tersebut. Meskipun dengan armada kecil yang terdiri dari 12 fregat, 4 kapal selam, dan beberapa kapal pesisir, Angkatan Laut Kanada aktif dalam operasi global, dengan fokus kini semakin terpusat pada kawasan Indo-Pasifik. Strategi ini menunjukkan komitmen Kanada dalam mendukung keamanan dan stabilitas di wilayah strategis tersebut.
Pada November 2022, Pemerintah Kanada mengeluarkan Strategi Indo-Pasifik yang diterapkan melalui Operasi Horizon, yang mengamanatkan pengiriman tiga dari dua belas fregat Kanada ke kawasan tersebut setiap tahunnya. Saat ini, HMCS Vancouver beroperasi di sekitar Jepang dan akan kembali pada awal Desember, sementara HMCS Ottawa baru tiba dan bertugas hingga Maret mendatang, sebelum digantikan oleh Ville de Quebec. Strategi ini memastikan kehadiran berkelanjutan Angkatan Laut Kanada di kawasan tersebut meskipun tantangan logistik sering dihadapi karena luasnya Samudra Pasifik.
Untuk memenuhi kebutuhan operasional, Kanada mengandalkan beberapa kelas kapal utama. Armada inti terdiri dari 12 fregat kelas Halifax yang modern, dirancang untuk perang anti-kapal selam dan perlindungan pesisir Amerika Utara. Kanada juga mengoperasikan kapal pemecah es kelas Harrier Wolf dengan kemampuan beroperasi di Arktik. Selain itu, kapal kelas Kingston, yang biasa digunakan untuk operasi pertahanan pesisir dan anti-ranjau, akan segera digantikan dengan kapal korvet tempur yang lebih modern. Kapal selam kelas Victoria, yang awalnya milik Inggris, telah dikerahkan hingga ke Laut Cina Timur pada 2017. Saat ini, motor vessel Asterix berfungsi sebagai kapal suplai sementara, sementara dua kapal tanker baru sedang dibangun.
Keunikan militer Kanada terletak pada pengelolaan aset udara yang berada di bawah kendali Angkatan Udara. Meskipun demikian, beberapa aset beroperasi bersama kapal dalam gugus tugas maritim, seperti CP-140 Aurora, versi Kanada dari P-3 Amerika Serikat. Paket avionik dan misi Aurora dianggap setara atau lebih baik dari P-8 dalam peran berburu kapal selam. Namun, pesawat ini akan digantikan oleh P-8 setelah 2026.
Angkatan Laut Kanada juga memiliki helikopter Cyclone berbasis kapal, yang dirancang dari Sikorsky S-92 untuk peperangan anti-kapal selam dan pengawasan permukaan. Saat ini, pembangunan kapal tanker baru, HMCS Protector, yang merupakan kapal terpanjang yang pernah dibangun di Kanada, sedang berlangsung dan akan diluncurkan pada Desember mendatang. Kapal ini akan diikuti oleh pembangunan kapal kedua dalam dua tahun.
Dalam perencanaan jangka panjang, Kanada berkomitmen membangun industri pembuatan kapal yang berdaulat, termasuk kapal perusak kelas River berdasarkan desain Type 26 Inggris untuk peperangan anti-kapal selam dan udara. Pembangunan akan dimulai tahun depan dengan produksi penuh pada April.
Rencana jangka panjang juga mencakup pembelian hingga 12 kapal selam konvensional jarak jauh dan menggantikan kapal pertahanan pesisir dengan korvet atau fregat kecil yang sesuai kebutuhan saat ini. Di wilayah Arktik, Kanada menghadapi tantangan besar dengan berkurangnya es musim panas yang memungkinkan aktivitas perikanan dan pelayaran. Aktivitas eksplorasi yang dilakukan oleh kapal pemecah es China di kawasan ini terus dipantau oleh Kanada.
Menutup presentasinya, Vice Admiral Topshee menegaskan bahwa meskipun teknologi canggih melengkapi kapal-kapal Kanada, para pelaut terlatih dan berdedikasi tinggi adalah kekuatan utama di balik keberhasilan setiap operasi. Saat ini, Angkatan Laut Kanada masih mengalami kekurangan personel, dan Topshee memperkenalkan program rekrutmen satu tahun untuk menarik minat masyarakat. Program ini memberikan kesempatan bagi masyarakat Kanada untuk merasakan pengalaman di angkatan laut tanpa kewajiban jangka panjang. Sejauh ini, sekitar 70% peserta memutuskan untuk bertahan setelah satu tahun.
Vice Admiral Topshee menegaskan bahwa melalui upaya strategis dan operasional yang mendalam, Angkatan Laut Kanada terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga keamanan dan stabilitas maritim di kawasan Indo-Pasifik dan Arktik.
Pada kesempatan ini, mahasiswa Program Magister (S2) Pascasarjana Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) diberikan peluang istimewa untuk berpartisipasi dalam sesi diskusi dan tanya jawab secara langsung dengan Commander of the Royal Canadian Navy, Vice Admiral Angus Topshee, CMM, MSM, CD. Sesi ini memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk menggali lebih dalam terkait topik pembahasan yang disampaikan oleh Vice Admiral Topshee, memperluas wawasan para mahasiswa mengenai pertahanan maritim global dan tantangan yang dihadapi oleh Angkatan Laut Kanada.
Kegiatan pemaparan ini diikuti langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Kelembagaan, Inovasi dan Teknologi Unhan RI, Mayjen TNI Dr. Ir. Susilo Adi Purwantoro, S.E., M.Eng.Sc., CIQnR., CIQaR., IPU., CIPA., ASEAN Eng., Direktur Pascasarjana Unhan RI, Laksamana Muda TNI Dr. Bambang Irwanto, M.Tr.(Han)., CHRMP., Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unhan RI, Dr. Herlina Juni Risma Saragih, M.Si., CIQnR., CIQaR., Dekan Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Oktaheroe Ramsi, S.IP., M.Sc., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Pertahanan (FSTP) Unhan RI, Prof. Dr. Ir. Muhamad Asvial, M.Eng., Anjakdya Bidang Kerja Sama Roren Kermas, Kolonel Sus Dr. Samsul Bahari, M.Bus. dan delegasi The Royal Canadian Navy, yang terdiri dari Perwira Tinggi pendamping Staf Ahli KASAL, Laksma TNI Siswanto, Canadian Defence Attache for Indonesia Colonel Stewart Taylor, RCN Global Engagements Coordinator, Mrs. Sabrina Nash, Flag Lieutenant to the Commander RCN, Lieutenant (N) Liam Moors, Deputy Canadian Defence Attache Lieutenant Colonel Andre Gloumeau, dan Liasson Officer Kapten Mar Christian.
Seluruh rangkaian kegiatan ini diakhiri dengan penyerahan cinderamata dan sertifikat penghargaan oleh Rektor Unhan RI kepada Commander of the Royal Canadian Navy, Vice Admiral Angus Topshee, CMM, MSM, CD., yang dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan pengisian buku tamu Rektor Unhan RI oleh Vice Admiral Angus Topshee, CMM, MSM, CD.
(Humas Unhan RI).