Jakarta – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., Ph.D., saat mewakili Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Marsekal Madya TNI (Purn.) Donny Ermawan Taufanto, M.D.S., M.S.P., menegaskan bahwa ketahanan nasional di masa depan tidak cukup mengandalkan kekuatan militer semata, melainkan memerlukan sinergi yang kuat antara pendidikan pertahanan, ketahanan pangan, serta pengembangan sumber daya manusia yang relevan dengan tantangan geopolitik dan ekonomi global. Hal tersebut disampaikan dalam audiensi bersama Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., yang dilaksanakan di ruang tamu Miangas, Kementerian Pertahanan RI, Jumat (28/2).
Dalam audiensi tersebut, Prof. Jamaluddin Jompa menyampaikan rasa bangganya sebagai alumni Cohort 6 Strategic Management Course yang diselenggarakan Kemhan dan Unhan RI. Pengalaman tersebut memperkuat komitmennya untuk mendorong Unhas berperan aktif dalam memperkuat sinergi pendidikan dan penelitian strategis di bidang pertahanan bersama Kemhan dan Unhan RI.
“Unhas ingin tidak sekadar menjadi lembaga akademik, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam penguatan ketahanan nasional berbasis sains pertahanan,” ujar Prof. Jamaluddin.
Sebagai bentuk konkret, Unhas telah mendapatkan persetujuan pembukaan Program Studi Magister Kajian Pertahanan sebagai bentuk antisipasi atas minimnya alokasi pendidikan Lemhannas bagi akademisi sipil, khususnya di kawasan timur Indonesia. Selain itu, Unhas juga merancang pembukaan Program Studi Siber, mengingat meningkatnya eskalasi ancaman siber yang berdampak langsung pada sistem pertahanan negara.
Rektor Unhas menjelaskan bahwa sebagai perguruan tinggi unggulan di kawasan timur, Unhas telah menginisiasi konsorsium perguruan tinggi kawasan timur. Konsorsium ini mengakomodasi 24 kampus di kawasan Indonesia Timur, memperkuat sinergi dalam riset, inovasi, dan pengembangan SDM berbasis keunggulan lokal.
“Kami ingin memastikan bahwa keunggulan akademik di kawasan timur tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari sistem ketahanan nasional,” jelas Prof. Jamaluddin.
S3 by Research dan Penguatan Biodefense
Dalam bidang riset, Unhas telah meluncurkan Program Doktoral (S3) by Research, yang ke depan akan diperluas menjadi Program S3 Kajian Pertahanan (by defense). Fokus utamanya adalah riset strategis di bidang farmasi, pengembangan vaksin, hingga inovasi alat-alat kesehatan dan pertahanan. Hal ini sejalan dengan agenda penguatan biodefense nasional yang menjadi salah satu prioritas Kemhan.
Dalam audiensi, Rektor Unhas juga memaparkan keberhasilan Unhas mengembangkan drone logistik yang sudah diproduksi massal melalui kemitraan dengan industri. Inovasi ini menunjukkan bahwa kampus mampu berkontribusi nyata dalam membangun kemandirian teknologi pertahanan, khususnya dalam mendukung operasi logistik di wilayah terpencil. Prof. Jamaluddin menyoroti bahwa sebagian besar alat pertanian masih diimpor, meskipun inovasi teknologi dari kampus dalam negeri telah tersedia.
“Dibutuhkan keberpihakan nyata agar hasil riset kampus diserap menjadi produk strategis nasional,” tambahnya.
Rektor Unhan RI menegaskan bahwa Kemhan dan Unhan RI sangat mendukung riset pertahanan non-militer, termasuk ketahanan pangan dan energi. Saat ini, pemerintah tengah mengembangkan 3 juta hektare lahan pangan, yang membutuhkan setidaknya 500 ribu petani baru.
“Pendidikan tinggi harus mampu mendorong mahasiswa bukan hanya sebagai pencari kerja, tetapi sebagai pencipta lapangan kerja di sektor strategis seperti pertanian dan energi terbarukan,” ujar Rektor Unhan RI.
Oleh karena itu, konektivitas antara perguruan tinggi, Dikti, dan Kementerian Tenaga Kerja mutlak diperlukan agar pendidikan vokasi relevan dengan kebutuhan ketahanan nasional. Rektor Unhan RI juga menekankan pentingnya laboratorium riset yang proper di berbagai kampus, agar mahasiswa memiliki ruang eksperimen yang berkualitas untuk menghasilkan riset yang aplikatif.
Dirjen Kuathan Kemhan menyampaikan bahwa Kemhan telah memiliki MoU dengan Unhas terkait pendidikan spesialis dokter militer untuk mendukung tenaga medis di lingkungan TNI dan Kemhan. Namun, kendala utama yang dihadapi adalah kuota yang dibatasi oleh Kementerian Kesehatan, yaitu hanya 300 orang per tahun.
Prof. dr. Nasrum Massi dari LP2M Unhas menambahkan bahwa Unhas siap memfasilitasi mahasiswa Kemhan/TNI yang ingin melanjutkan studi di Unhas, seraya berharap adanya penambahan kuota dokter spesialis sesuai kebutuhan nyata di lapangan.
Menanggapi isu hilirisasi inovasi, Sesbalitbang Kemhan menyampaikan bahwa Balitbang Kemhan sedang bertransformasi menjadi Badan Teknologi Pertahanan (BTP). Nantinya, BTP tidak sekadar melakukan penelitian, tetapi langsung bertanggung jawab memastikan hasil riset yang telah lolos uji dapat diproduksi massal untuk mendukung kebutuhan pertahanan negara.
Menutup audiensi, Rektor Unhas Prof. Jamaluddin menyampaikan harapan besar agar Menteri Pertahanan RI berkenan memberikan kuliah umum di Unhas. Kuliah umum ini diharapkan dapat mentransfer wawasan geopolitik dan kebijakan pertahanan langsung kepada mahasiswa Unhas sebagai calon pemimpin masa depan kawasan timur.
“Kuliah umum Menhan akan menjadi ruang intelektual yang menghubungkan strategi pertahanan global dengan pemikiran kritis mahasiswa di wilayah timur,” pungkasnya.
Forum akademik tersebut turut dihadiri Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Kuathan Kemhan), Marsda TNI H Haris Haryanto, S.I.P. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan (Sesbalitbang Kemhan), Brigjen TNI Dr I. E. Djoko Purwanto, S.E., M.M serta jajaran pimpinan Unhas, yaitu Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unhas, Prof. dr. Nasrum Massi, dan Sekretaris Rektor Unhas, Dr. Sawedi Muhammad.
(Humas Unhan RI)