Bogor – Pusat Studi Ekonomi Pertahanan (EP) Universitas Pertahanan (Unhan) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Implementasi Manajemen Operasi dalam Mewujudkan Tujuan Perusahaan (Studi Pada Industri Pertahanan PT Pindad)”, bertempat di Gedung Auditorium Unhan Kampus Bela Negara Kawasan IPSC Sentul – Bogor. Rabu, (28/3).
FGD dihadiri oleh mahasiswa dan dosen Prodi Ekonomi Pertahanan (EP) Unhan. FGD menghadirkan Dosen Unhan Kolonel Cpl (Purn) Dr. Ir. Zainal Abidin S., M.M. dan Ses Prodi Teknologi Persenjataan Fakultas Teknologi Pertahanan Unhan Kolonel Arh. Dr. R. Djoko Andreas Navalino, S.I.P., M.A.B. selaku pembicara dan moderator Dr. Supandi, S.Sos., M.M.
Dalam sambutannya Dr. Supandi, S.Sos., M.M. selaku Ketua Prodi Ekonomi Pertahanan (EP) Unhan menyampaikan bahwa FGD dilaksanakan sebagai bentuk pendalaman materi perkuliahan, terutama mata kuliah Manajemen Operasi. “Proses perkuliahan yang lebih menekankan pada aspek teoritis dilengkapi melalui FGD ini yang fokus implementasi teoritis di lapangan. PT. Pindad yang menjadi fokus FGD akan memberikan gambaran nyata bagi mahasiswa dan dosen dalam memahami implementasi manajemen operasi perusahaan, khususnya di industri pertahanan.
Paparan yang disampaikan Kolonel Cpl (Purn) Dr. Ir. Zainal Abidin S., M.M. menekankan bahwa supply chain yang dilakukan Industri Pertahanan berbeda dengan perusahaan pada umumnya. “Industri pertahanan adalah industri strategis yang tidak memproduksi barangnya secara masal untuk masyarakat. Konsumen industri pertahanan adalah Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI maupun militer luar negeri, maka proses produksi sampai dengan distribusi kepada konsumen memiliki kriteria khusus” tuturnya. Dicontohkan pembelian Panser Anoa, salah satu produk unggulan Pindad, tidak bisa dimiliki oleh masyarakat secara luas. Diharuskan kepemilikan lisensi dan izin pihak berwenang dalam pembelian Anoa. Maka pasar Anoa adalah TNI, PBB maupun militer luar negeri.
Sedangkan Kolonel Arh. Dr. R. Djoko Andreas Navalino, S.I.P., M.A.B. dalam paparannya menekankan bahwa industri pertahanan harus melakukan diversifikasi produk untuk menjadi perusahaan yang sehat dan berdaya saing.
Ditambahkan Industri pertahanan bukan dibangun dengan tujuan perang. Pada masa perang, industri pertahanan memproduksi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) untuk menyerang lawan. Sedangkan pada masa damai, industri pertahanan memproduksi Alutsista untuk pertahanan dan produk-produk yang dapat digunakan masyarakat. Pindad adalah contoh industri pertahanan yang telah berhasil mengembangkan sektor bisnis diluar Alutsista, seperti excavator (Pindad Excava 200) dan bahan peledak untuk industri.
Mahasiswa tampak antusis dalam pelaksanaan FGD, dibuka sesi diskusi terkait manajemen operasi di Industri pertahanan. FGD menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan industri pertahanan. yaitu setiap industri pertahanan harus mengembangkan bisnisnya dengan diversivikasi produk. Dual use system yang dilakukan industri pertahanan dunia adalah contoh nyata bagaimana industri pertahanan dapat terus mengembangkan kekuatan Alutsistanya pada satu sisi dan menjadi perusahaan sehat yang profitable dari sisi keuangan.
Pemerintah dapat melakukan dukungan dengan memfasilitasi pembiayaan ekspor. Salah satu kendala ekspansi bisnis industri pertahanan adalah pembiayaan bagi pembelian Alutsista. Produksi masal sulit dilakukan karena keterbatasan modal dan kemampuan pembeli Alutsista untuk mendapat kredit. Bank-bank besar nasional, misalnya dapat berkontribusi dalam menawarkan produk jasa keuangannya kepada calon pembeli Alutsista.
Selain Mahasiswa Unhan, FGD juga dihadiri Ses Prodi Ekonomi Pertahanan Fakultas Manajemen Pertahanan Unhan Dr. Supandi, S.Sos., M.M. (Clr)
Authentifikasi: Kabag Humas Unhan