Jakarta – Universitas Pertahanan RI melalui Program Studi Peperangan Asimetris Fakultas Strategi Pertahanan (FSP) bersama General Sir John Kotelawala Defence University (KDU) Sri Lanka, selenggarakan visiting lecture dengan tema “Indonesia Roles In ASEAN : On Contemporary Challenges”. Visiting lecture ini menghadirkan pembicara dosen tetap program studi peperangan asimetris FSP Unhan RI, Dr. F. G. Cempaka Timur, S.IP., M.Si (Han), yang berlangsung secara online dari kampus Pascasarjana Lantai 8, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Kamis (30/06/2022).
Dr. Cempaka membuka kuliah tamu dengan materi Positioning Indonesia: the Natural Leader Of ASEAN. Topik ini diawali dengan sejarah pembentukan ASEAN yang sebelumnya bernama ASA atau Association of Southeast Asia yang didirikan oleh Malaysia, Filipina, dan Thailand pada tahun 1961 kemudian berganti menjadi ASEAN pada tahun 1967 oleh lima negara pendiri yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Tahun 1984, Brunei Darussalam menjadi anggota ASEAN yang keenam. Pada tahun 1995, Vietnam bergabung dengan ASEAN.
Pada tahun 1997, ASEAN menyepakati perjanjian kerja sama dengan tiga negara asia yaitu Jepang, Korea Selatan, dan China yang kemudian kerja sama tersebut dinamakan ASEAN Plus Three (APT). Tahun 1999, Kamboja dilantik sebagai anggota kesepuluh ASEAN. Pada tahun 2007, Piagam ASEAN ditandatangani di Singapura. Dan pada tahun 2015, ASEAN Economic Community secara formal dibentuk. Kemudian dilanjutkan pada posisi Indonesia pada Geopolitik saat ini.
Indonesia seringkali disebut sebagai “Yang Pertama di antara Yang Sederajat” pada konteks Asia Tenggara dan ASEAN. Indonesia berada pada cakupan strategi antara pangkalan militer, pangkalan militer AS berada di Darwin dan Selat Malaka sedangkan pangkalan militer Cina berada di Pulau Spratly. Indonesia juga tidak hanya dijadikan acuan ASEAN, namun juga “Saudara Tua” yang menjaga stabilitas kawasan.
Pada materi selanjutnya, yaitu “Southeast Asia as A Region toward Contemporary Challenges”, Dr. Cempaka menjabarkan tantangan kontemporer yang dihadapi oleh Asia Tenggara pada tahun 2021 dan 2022. Tantangan tertinggi yang dihadapi Asia Tenggara berupa pandemi Covid-19 yang mengancam kesehatan dengan jumlah sebanyak 76,7% pada tahun 2021, Untuk tahun 2022 Pademi Covid-19 mencapai 75,4%.
Tantangan terendah yaitu terorisme yang berkisar pada angka 5,5% pada tahun 2021 dan naik sebesar 12,5% pada tahun 2022. Kemudian, peta tantangan pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga disajikan dengan semua negara kawasan sangat terancam akibat pandemi Covid-19. Apabila dilihat secara spesifik, pandemi Covid-19 menjadi tantangan terbesar bagi Indonesia dengan angka sebesar 67,9% dari semua tantangan yang muncul di Indonesia.
Situasinya ASEAN saat ini terkait lingkungan keamanan politik memuat tiga poin utama yaitu persaingan geopolitik, kompleks regionalisme, dan sengketa teritorial. Persaingan geopolitik muncul akibat adanya dukungan negara-negara ASEAN yang terbagi antara pendukung Amerika Serikat dengan pendukung Cina. Kompleks regionalisme membahas pengeluaran militer di negara ASEAN selama tahun 1960-2020 dengan total US$41.492.000.000. Dan terakhir, sengketa teritorial yang terjadi di beberapa wilayah di kawasan ASEAN.
Dr. Cempaka menutup kuliah tamu dengan beberapa poin yaitu Indonesia berhak atas posisi kepemimpinan alami di ASEAN sejak pembentukannya pada Agustus 1967. Sejak itu, Indonesia memainkan peran utama dalam Asosiasi dan berkontribusi pada stabilitas dan keamanan di Asia Tenggara.
Dalam menghadapi tantangan kontemporer, kombinasi tingkat keberpihakan yang tinggi dan risiko geopolitik yang tinggi cenderung menyebabkan Indonesia mengambil peran yang menjembatani di ASEAN. Visi Indonesia diterima oleh anggota ASEAN pada KTT ASEAN ke-34 pada Juni 2019, yang menghasilkan ASEAN Outlook on the IndoPacific (AOIP).
Aktor-aktor dominan di Indo-Pasifik secara umum telah menerima konsep Indo-Pasifik Indonesia, yang menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil memenuhi harapan yang sesuai dengan kekuatan menengah melalui pemberlakuan peran ‘pemimpin regional’ dan ‘pembangun jembatan’ ASEAN
(Humas Unhan RI)