Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-4 Riset Kebencanaan yang telah berlangsung 2 hari kemarin (8-9 Mei 2017) berakhir pada hari ini 10 Mei 2017 dengan rangkaian kegiatan Diskusi dan Penutupan. Penutupan dilaksanakan di Balairung UI Depok Jawa Barat. Mahasiswa Prodi Manajemen Bencana Unhan turut hadir dalam penutupan tersebut. Rabu (10/5). Sebelum dilaksanakan penutupan, dilaksanakan diskusi dengan menghadirkan Deputi Bidang Meteorologi BMKG sekaligus senior di bidang Klimatologi Bpk. Yunus Subagyo. Diskusi juga menghadirkan Budayawan Bpk. Goenawan Muhamad. Dalam diskusinya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG memaparkan bahwa dalam upaya mitigasi kebencanaan, BMKG telah melakukan berbagai inovasi terutama untuk mengantisipasi adanya perubahan iklim. BMKG bekerjasama dengan berbagai pihak baik nasional regional maupun internasional dengan membentuk CIFDP-I Costal Inundation Forecast Demonstratif Projects Indonesia. Kerjasama ini menghasilkan Coastal Inundation Forecast System atau Sistem Peringatan Dini dan Prediksi Banjir Pesisir / Rob. Projects dilaksanakan di Jakarta dan Semarang dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut berisiko banjir pesisir atau rob yang tinggi. Dengan sistem ini diharapkan dapat mengurangi dampak banjir pesisir atau rob yang seringkali melanda. Selain itu yang juga menarik adalah BMKG membentuk Sekolah Lapang Nelayan, yang bekerjasama dengan penyuluh dan nelayan. Melalui sekolah lapang ini nelayan diharapkan dapat memahami kondisi cuaca dan iklim. Sebelum berlayar mencari ikan, nelayan akan di briefing terlebih dahulu. Dengan adanya pengetahuan ini, membantu nelayan mengetahui titik-titik lokasi dimana ikan berkumpul. Sekolah lapang nelayan telah diikuti oleh 550 peserta di 11 lokasi di seluruh Indonesia. Budayawan Goenawan Muhammad dalam diskusi menyampaikan bahwa dengan adanya bencana membuat orang-orang berfikir tentang dasar-dasar kehidupan. Sebagaimana yang terjadi pada bencana tsunami di Portugal tahun 1755 yang berdampak 1/3 penduduknya meninggal dan 70 persen infrastruktur rusak. Tsunami terjadi pada saat hari suci agama Katholik. Pada saat itu Eropa sedang pada masa optimisme pembangunan yang tinggi, namun dengan adanya bencana tersebut, orang-orang menjadi berfikir kembali tentang makna kehidupan. Berbagai pandangan mengenai bencana kemudian muncul, misalnya dari pandangan kaum agamis yang menyatakan bahwa bencana adalah hukuman bagi orang-orang yang berdosa. Namun pandangan tersebut mendapat pertanyaan, jika bencana adalah untuk orang-orang yang berdosa, mengapa anak-anak juga ikut terdampak. Dengan demikian bencana yang terjadi tidak dapat dipandang dari satu sudut paradigma saja namun harus dipandang secara holistik. Dalam kegiatan tersut juga dilaksanakan susur air oleh mahasiswa Unhan Prodi MB dipimpin Kol Inf Dr . H Tirton Nefianto, S.Sos. MAP. (Clr).