Bogor – Fakultas Strategi Pertahanan Unhan selenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Bahan Ajar Program Studi Diplomasi Pertahanan, dengan tema “Focus Group Discussion Program Studi Diplomasi Pertahanan Menuju Kelas Internasional ”, kegiatan FGD kelima ini difokuskan pada Bahan Ajar Defense Diplomacy, yang dilaksanakan secara daring online melalui zoom meeting. Kamis (05/08/2021).
Kegiatan FGD dihadiri oleh Rektor Unhan RI Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD, beserta seluruh pejabat Eselon I, II, III, Dosen Unhan RI, dan selaku pemapar materi FGD kelima ini Direkrut Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan RI Mayjen TNI Dr.rer Pol Rodon Pedroson, M.A., yang juga selaku Dosen pengampu Defense Diplomacy Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI.
Hadir sebagai review pada FGD ini Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Padjajaran Prof Dr. Arry Bainus, Peneliti Senior CSIS Indonesia Dr. Evan A.Laksmana dan selaku moderator FGD Dosen Strategi Pertahanan Letjen TNI (Purn) Dr. Yoedhi Swastanto,M.B.A.
Kegiatan FGD ini dibuka oleh Dekan Fakultas Strategi Pertahanan Mayjen TNI Dr. Deni D.A.R, S.Sos., M.Si (Han), dalam sambutannya menyampaikan FGD Materi kuliah mata kulian diplomasi pertahan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan menganalisis dinamika diplomasi pertahanan dalam konteks regional dan global dengan mempelajari aspek teoritis dan empiris diplomasi pertahanan, yang akan berguna untuk pengembangan karir mereka di masa depan.
Lebih lanjut disampaikan oleh Dekan FSP Unhan RI FGD ini bertujuan untuk menyusun bahan ajar defense Diplomacy (DD) Program Studi Diplomasi Pertahanan yang berkualitas dan menjadi sehingga menjadi referensi untuk seluruh mahasiswa dan dosen selama proses perkuliahan.
Pada sesi utama kegiatan FGD pemaparan oleh Mayjen Dr. Rer. Pol Rodon Pedroson, M.A., menjelaskan aspek cakupan bahan ajar Defense Diplomacy International Class, mata kuliah Ini sebagai inti prodi Diplomasi Pertahan, mahasiswa dapat memahami tentang berbagai kebijakan yang berhubungan dengan Diplomasi khususnya bidang pertahanan, dengan mempelajari berbagai studi kasus yang melalui penugasan perorangan maupun kelompok yang kemudian dikembangkan dalam bentuk diskusi kelas, konsep ini dapat dikembangkan oleh para dosen dengan memberikan penjelasan topik selama 30 menit dilanjutkan dengan diskusi kelas melalui penjabaran studi kasus.
Outcome dari base learning meliputi pertama Graduate profile, yaitu para mahasiswa lulusan Diplomasi Pertahanan memahami tentang proses dan implementasi Diplomasi Pertahanan serta bagaimana penerapan dan pengaplikasian dalam mendukung kebijakan, selain itu juga penerapannya dalam hubungan sipil dan militer sebagai bagian kebijakan, Kedua, Targeted results. Lulusan dari prodi ini dapat menerapkan peran diplomasi pertahanan dalam hubungan sipil dan militer sebagai perangkat pemerintahan dalam mendukung keberhasilan kebijakan pemerintah, Ketiga Learning Methods. Para dosen akan lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran melalui konsep diskusi, maupun praktek lapangan sebagai bagian proses pembelajaran serta capacity building
Dalam reviewnya Prof Dr. Arry Bainus, ditinjau aspek pedadogi, konsep pembelajaran dengan perbandingan teori 40 persen dan aktivitas 60 persen, hal ini akan berorientasi pada keterampilan mengaplikasikan aktifitas kegiatan Diplomasi Pertahanan, sementara aspek kognitifnya lebih kepada kemampuan analisa, evaluasi dan inovatif, selain itu Metode pembelajaran blended learning bisa dikatakan sebagai salah satu metode yang tepat dimana menerapkan metode Synchronous dan Asynchronous Learning (ASL) , matakuliah Diplomasi Pertahanan sebagai mata kuliah khusus dan tidak ada di universitas perlu diperluas dengan membahas peran Atase Pertahanan ruanglingkup hubungan kerjasama Internasional.
Sementara Dr. Evan A.Laksmana melalui reviewnya menyampaikan, dalam pembelajaran perlu adanya keyquestion berupa proble driven, yang mengarahkan para mahasiswa melihat sebagai suatu topik pembahasan dan arah pembelajaran terutama terkait dengan isue kebijakan, selain itu upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan, perlu mengembangkan konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS), dengan penerapan HOTS atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Kompetensi tersebut yaitu berpikir kritis (critical thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration), dan kepercayaan diri (confidence). Lima hal yang disampaikan pemerintah yang menjadi target karakter peserta didik tersebut pada sistem evaluasi, yaitu dalam UN dan juga merupakan kecakapan abad 21.
Melalui kegiatan FGD ini berbagai masukan dari berbagai narasumber akan menjadi dasar pertimbangan dan masukan bagi para perencana dalam merencanakan dan merancang sebuah penyempurnaan bahan ajar yang berkualitas kelas Internasional.
Mengetahui : Kabag Humas Unhan RI