Bogor – Fakultas Strategi Pertahanan (FSP) Unhan menggelar seminar Umum, dengan tema “Radikalisme Agama dan Komunisme Tantangan Keutuhan NKRI”, yang menghadirkan narasumber pakar sejarah dari Indonesia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Anhar Gonggong, Pakar Antropologi Politik, Fakultas Strategi Pertahanan Unhan Aris Arif Mundayat, Ph.D., bertempat di Gd. Auditorium Unhan, Kampus Unhan Kawasan IPSC Sentul – Bogor. Sabtu, (21/10)
Warek III Unhan Marsda TNI Dr. D. Herly Dwiyanto, S.T., M.M., M.Si (Han) mewakili Rektor Unhan Letjen TNI Dr. I Wayan Midhio, M.Phil membuka seminar sekaligus membacakan sambutan Rektor Unhan
Dalam sambutan Rektor Unhan yang di bacakan oleh Warek III Unhan, menyebutkan radikalisme agama dalam bentuk teror maupun upaya penggantian konstitusi negara merupakan hal penting untuk didiskusikan, karena gerakan radikalisme agama saat ini telah mengubah strateginya setelah kekuatan ISIS di Syria merosot tajam, dan para pendukungnya telah kembali ke negara masing-masing dan menjadi “Sel Tidur” yang berjumpa dengan “Sel-sel Tidur” lainnya yang telah berjejaring di Indonesia.
Peristiwa di Marawi, Philipina yang berada dalam geopolitik kelompok radikal disebut sebagai wilayah katibah nusantara telah menunjukkan aksinya, situasi ini telah menjadi ancaman yang berpotensi terhadap keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), oleh karena itu, Indonesia perlu merumuskan strategi pertahanan dalam konteks tantangan keutuhan NKRI.
Rektor Unhan berharap melalui seminar Universitas Pertahanan TA. 2017 ini, dapat menambah wawasan tentang potensi ancaman dari terhadap keutuhan NKRI.
Dekan FSP Unhan selaku Keynote Speech Mayjen TNI Dr. Tri Legionosuko, S.IP., M.AP mengatakan adanya gerakan reformasi di segala bidang kehidupan masyarakat telah memberikan ruang keterbukaan dan kebebasan di dalam berbagai kehidupan sosial, di dalam interaksi kehidupan masyarakat telah muncul berbagai gerakan yang cukup radikal yang mengganggu kehidupan bangsa dan negara.
Gerakan dikatakan radikal karena para pengikutnya melakukan aksi-aksi yang tergolong ekstrem, kasar dan menghancurkan hal-hal yang dianggap bertentangan dengan norma dan ajaran agama yang mereka pahami.
Di sisi lain timbul pula gerakan lain yang berusaha menghidupkan dan menyebarkan komunisme yang nyata-nyata bertentangan dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Kelompok-kelompok radikal ini bila tidak ditangani secara serius dan berkesinambungan akan mengganggu kehidupan bangsa dan negara yang mengancam keutuhan NKRI.
Dalam paparan Dr. Anhar Gonggong menjelaskan tentang hubungan Indonesia dengan Tiongkok, termasuk dalam hubungan ekonomi dimana hubungan tersebut dilihat dari dua sisi tinjauan, yaitu tinjauan historis dalam arti di kelampauan yang mencapai ratusan tahun yang lampau; dan tinjauan kekinian yaitu dalam periode akhir abad ke-20, dan awal abad ke-21, dalam periode Reformasi.
Aris Arif Mundayat, Ph.D mengatakan, reformasi politik pada tahun 1998 diikuti oleh liberalisasi politik namun secara tidak serta merta menerima liberalisme karena sebagain besar masyarakatnya masih mengikuti logika berfikir komunitarian.
Seminar dihadiri oleh mahasiswa Unhan serta Pejabat Eselon I, II dan III Unhan, sebelum seminar ini diakhiri, dibuka sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan para narasumber. (Clr)
Authentifikasi: Kabag Humas Unhan