Bogor – Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, S.T., IPU., CIPA., ASEAN Eng., Dosen Pascasarjana Program Magister Unhan RI, berikan Pembekalan kepada 29 orang peserta Wellbeing Penguatan Karakter dan Wawasan Kebangsaan bagi anggota Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) Kementerian Keuangan RI, tentang Kewaspadaan Nasional. Kegiatan Wellbeing ini merupakan kolaborasi Unhan RI dan Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu RI, yang berlangsung di Ruang Serbaguna, Lt-2, Gedung Auditorium, Kampus Utama Bela Negara Unhan RI, Sentul, Kamis (21/11).
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Kelembagaan, Inovasi, dan Teknologi Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Ir. Susilo Adi Purwantoro, S.E., M.Eng.Sc., CIQnR., CIQaR., IPU., CIPA., ASEAN Eng., Dosen Pascasarjana Program Magister Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Priyanto, S.I.P., M.Si., M. (Han)., Direktur Peraturan Pajak II Kementerian Keuangan RI, Teguh Budiharto, S.H., L.L.M.Tax., Kepala Sub Direktorat Advokasi, Dewi Sulaksminijati dan Anjakdya Bidang Kerja Sama Roren Kermas Unhan RI, Kolonel Sus Dr. Samsul Bahari, M.Bus.
Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, S.T., IPU., CIPA., ASEAN Eng., mengawali pemaparan menekankan pentingnya kewaspadaan nasional sebagai elemen vital dalam mempertahankan stabilitas negara. Menurutnya, kewaspadaan ini bukan hanya tanggung jawab institusi negara, tetapi juga dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga.
Dosen Pascasarjana Program Magister Unhan RI, ini juga menggarisbawahi bahwa setiap individu merindukan rasa aman, baik di rumah, tempat kerja, maupun di lingkungan sosial. Namun, tantangan saat ini semakin kompleks dengan kehadiran ancaman yang tidak hanya datang dari luar, tetapi juga melalui medium digital. Media sosial, yang kini menjadi bagian integral dari kehidupan, kerap menjadi pintu masuk bagi ancaman, terutama bagi generasi muda. Ia menganalogikan kewaspadaan ini seperti peran orang tua dalam membimbing dan melindungi anak-anak mereka dari potensi bahaya.
“Saya sering mengatakan kepada anak-anak saya untuk bijak menggunakan media sosial. Jika tidak diperlukan, tidak perlu terlibat terlalu jauh. Media sosial bisa menjadi alat yang memudahkan pihak luar untuk mengenal kita, bahkan hingga ke hal-hal paling pribadi,” ungkap Dosen Pascasarjana Program Magister Unhan RI.
Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, S.T., IPU., CIPA., ASEAN Eng., menegaskan dalam konteks bernegara, kewaspadaan nasional tidak hanya berfokus pada ancaman domestik, tetapi juga pada dinamika geopolitik global. Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi juga mengingatkan bahwa posisi strategis Indonesia sering kali menjadikannya pusat perhatian dunia internasional. Kunjungan diplomatik, seperti yang baru-baru ini dilakukan Presiden RI ke Tiongkok, dapat menimbulkan berbagai tafsir dari pihak luar mengenai arah kebijakan Indonesia.
Indonesia, menurut Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, harus memiliki strategi geostrategi yang kuat berbasis pada tiga pilar utama: geografi, sumber daya manusia (SDM), dan kekuatan demografis. Dosen Pascasarjana Program Magister Unhan RI ini juga mengaitkan konsep ini dengan wawasan nusantara, yang menjadi panduan dalam memastikan keberlanjutan dan stabilitas bangsa di tengah lingkungan global yang dinamis.
Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, dalam kesempatan ini menegaskan “Geopolitik Indonesia adalah ketahanan nasional. Bagaimana kita memastikan posisi strategis Indonesia untuk menjawab tantangan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin kompleks.
Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, juga mengungkapkan bahwa ancaman terhadap Indonesia bersifat multidimensi, mencakup ancaman militer, non-militer, hingga ancaman hybrid. Contoh nyata dari ancaman hybrid dapat dilihat dalam konflik di berbagai belahan dunia, seperti di Ukraina, di mana Rusia memanfaatkan pendekatan politis dan militer untuk memengaruhi wilayah yang dianggap strategis.
Di Indonesia sendiri, ancaman semacam ini juga terlihat dalam kasus Papua dan Aceh, yang pada masa lalu pernah menghadapi dinamika konflik yang kompleks. Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, menekankan bahwa ancaman hybrid memerlukan respons yang terpadu, tidak hanya dari sektor pertahanan, tetapi juga melalui kebijakan ekonomi, sosial, dan budaya yang sinergis.
“Ancaman faktual saat ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Militer hanya menjadi salah satu komponen, tetapi legislasi, teknologi informasi, dan ekonomi memainkan peran yang tak kalah penting,” jelasnya.
Salah satu pesan penting dari pemaparan Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, adalah perlunya kolaborasi antar-institusi dalam menyikapi ancaman nasional. Dosen Pascasarjana Unhan RI ini menyoroti bagaimana kebijakan yang terfragmentasi sering kali menjadi hambatan dalam mencapai tujuan nasional. Sebagai contoh, isu legislasi yang dipengaruhi oleh kepentingan asing menjadi salah satu ancaman yang nyata terhadap kedaulatan Indonesia.
Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, juga mengingatkan bahwa ancaman legislatif, seperti penguasaan sumber daya melalui peraturan yang dibuat oleh pihak luar, memerlukan perhatian khusus. Dosen Pascasarjana Unhan RI ini mengajak semua pihak untuk waspada dan memastikan kebijakan yang diambil benar-benar berpihak pada kepentingan nasional.
Sebagai penutup, Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, menggarisbawahi bahwa kewaspadaan nasional bukan hanya konsep yang abstrak, tetapi harus diwujudkan melalui tindakan nyata. Setiap individu, mulai dari keluarga hingga institusi negara, memiliki peran dalam menjaga stabilitas dan kedaulatan bangsa.
Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, menegaskan “Kewaspadaan nasional adalah tentang bagaimana kita bersama-sama memastikan keberlangsungan bangsa di tengah tantangan global. Ini bukan hanya tugas militer, tetapi tugas kita semua”.
Dengan pemaparan yang komprehensif, Laksamana Muda (Purn.) Dr. Ir. Edy Sulistyadi, mengingatkan bahwa kewaspadaan nasional adalah pondasi bagi ketahanan negara. Melalui sinergi yang kuat, Indonesia dapat menghadapi ancaman apa pun dan tetap berdiri kokoh sebagai bangsa yang berdaulat.
(Human Unhan RI).