Bogor – Mahasiswa Program Studi Prodi Strategi Pertahanan Laut (SPL), Peperangan Asimetris (AW), Strategi dan Kampanye Militer (SKM), Diplomasi Pertahanan (DP) Fakultas Strategi Pertahanan (FSP) Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) melaksanakan Kegiatan Kuliah Kerja Luar Negeri (KKLN) hari ke-4 dipimpin oleh Dekan FSP Unhan RI Mayjen TNI Dr. Deni D.A.R, S.Sos., M.Si (Han) didampingi Wakil Dekan Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI Brigjen TNI Sammy Ferrijana, S.Sos., M.Si melalui daring zoom meeting. Kamis, (1/7).
Kegiatan KKLN Prodi Strategi Pertahanan Laut (SPL) hari ke-4 menghadirkan narasumber Dosen Universitas Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) Dr. Wong Chooi Yee mengangkat topik “Malaysia and ASEAN Marine Defence Strategy Atau “Strategi Pertahanan Laut Malaysia dan ASEAN”, bertindak sebagai moderator Dosen Tetap Prodi SPL Unhan RI Kolonel Laut (S) Dr. Moh Ikhwan Syahtaria, ST., SE., MM.
Sementara KKLN Prodi Peperangan Asimetris (AW) FSP Unhan RI dengan tema “Asymmetrical Threats Potential in the South China Sea: Malaysia’s Policy and mitigations efforts” menghadirkan narasumber dari UPNM Lecturer Dr. Norhazlina Fairuz Musa Kutty dengan topik “Malaysia & The Asean Dilemma in Facing The Asymmetrical Threats in South China Sea”, selaku moderator Dr. F. G. Cempaka Timur, S.IP., M.Si (Han).
Prodi Strategi dan Kampanye Militer (SKM) FSP Unhan RI KKLN menghadirkan narasumber dari UPNM Lecturer, yakni Prof. Madya Adam Leong dengan topik “Malaysia and ASEAN Defence Diplomacy effort in SCS”, dipandu moderator Kolonel Lek Dr. (Cand) Haposan Simatupang, M.Si (Han) CIQnR.
KKLN Prodi Diplomasi Pertahanan (DP) FSP Unhan RI menghadirkan narasumber Dosen Universitas Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) Prof. Ruhanas Harun dengan topik “ASEAN Defence diplomacy efforts in the South China Sea”, selaku moderator Mayor Jenderal TNI Karmin Suharna S.IP., M.A.
Dr. Norhazlina Fairuz Musa Kutty menjelaskan framework strategis terkait permasalahan Luat China Selatan dapat dibangun dan dianalisi di masing-masing negara ASEAN untuk dapat menangani secara efektif keterlibatan ekonomi dan politik China di Laut China Selatan. Penerapan framework strategis tersebut secara umum adalah semacam strategi manajemen risiko dan manfaat bagi negara-negara ASEAN terhadap dominasi China di BRI yang digunakan secara cerdas oleh negara-negara ASEAN untuk mengejar keuntungan ekonomi dan menikmati otonomi politik relatif pada saat yang sama. Sementara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah membangkitkan skeptisisme dan kepercayaan diri, sampai beberapa waktu yang lalu, tampaknya ada dasar yang cukup untuk kedua sentimen tersebut. Namun, pada tahun 2017, terlepas dari peringatan 50 tahun emas pengelompokan itu, kata ‘kohesi’ terasa ironis ketika menggambarkan hubungan intra-ASEAN saat ini.Dilema bertambah ketika militerisasi China di kawasan Luat China Selatan, khususnya sejak 2012, telah menyebabkan peningkatan volatilitas dan mengguncang kepercayaan ASEAN dalam kerja sama multilateral dan berbasis norma.
Untuk menghadapi dilema tersebut, Malaysia telah menunjukkan kemauan dan komitmen politik yang besar untuk mengadvokasi kebijakan ekonomi dan sosial, dan dengan demikian memiliki kapasitas untuk bertindak berdasarkan kebijakan dan agenda yang telah ditetapkan.Menurut Malaysia, kapasitas negara sangat penting untuk memainkan peran kepemimpinan di ASEAN, kapasitas negara merupakan faktor penting dalam menetapkan dan melanjutkan implementasi kebijakan. Hal ini terlihat pada kasus Mahathir Mohamad, yang mempromosikan dan memajukan berbagai inisiatif dan agenda ASEAN terutama pada masalah keanggotaan dan perluasannya, terutama dengan pencapaian ASEAN-10.
Dr. Wong Chooi Yee menjelaskan tentang hubungan negara Malaysia dan ASEAN serta hubungannya terhadap konflik di Laut China Selatan, Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN merupakan salah satu jalan diplomasi untuk menyelesaikan masalah negara-negara Asean dan China LCS. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mempromosikan rasa saling percaya dan percaya diri melalui pemahaman yang lebih besar tentang tantangan pertahanan dan keamanan serta peningkatan transparansi dan keterbukaan negara-negara ASEAN.
Sementara Prof. Madya Adam Leong dalam materinya menjelaskan ASEAN sebagai badan regional untuk menstabilkan urusan regional menghadapi tantangan dan kerja sama strategis kontemporer. Dengan latar belakang kondisi keamanan yang ada di kawasan yaitu latar belakang sejarah dan konteks strategis diantaranya akhir perang dunia II – proses dekolonisasi, stabilitas domestik, sengketa perbatasan, munculnya perang berbasis ideologi, pengaruh kekuatan luar, ketakutan akan intervensi negara tetangga dalam masalah keamanan internal.
Upaya ASEAN dalam eskalasi konflik bersenjata di LCS pada tahun 2002 – ASEA – China melakukan deklarasi Code of Conduct untuk diimplementasikan sepenuhnya. 2015 Presiden China menyatakan bahwa China tidak akan membangun kekuatan militer di pulau spratly. Pada 2017 ASEAN dan China sepakat untuk mengaplikasikan COC, yang kemudian pada 2018 China meminta untuk penundaan selama 3 tahun implementasi COC.
Dalam paparannya Prof Ruhanas membahas bagaimana ASEAN melakukan upaya-upaya Diplomasi Pertahanan di kawasan Laut China Selatan. ASEAN sebagai organisasi antar pemerintahan. Dibentuknya ASEAN bertujuan untuk menjaga kedamaian, stabilitas dan perkembangan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Untuk mencapa tujuan tersebut maka dibentulah berbagai macam forum seperti Summitry, ASEAN Foreign Ministers’ Meetings, ASEAN Economic Ministers’ Meeting, ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) dan lain sebagainya.
Upaya negara-negara ASEAN membentuk Komunitas Pertahanan/Keamanan melalui pilar ASEAN Political and Security Community (APSC). Kemudian pembahasan masuk pada Diplomasi Pertahanan ASEAN. Diplomasi Pertahanan ASEAN bertujuan untuk, meningkatkan kerja sama pertahanan yang di dalamnya mencangkup berbagai macam spectrum terkait dengan masalah keamanan. Selain itu dengan adanya kerja sama di bidang pertahanan diharapkan dapat meningkatkan sinergitas antara militer negara-negara ASEAN.
Salah satu forum yang sangat penting dalam melaksanakan Diplomasi Pertahanan ASEAN yaitu ADMM/ADMM Plus. Forum tersebut melibatkan Angkatan Bersenjata dari negara-negara di ASEAN dalam berbagai aktivitas. Bahkan dalam forum ADMM Plus ASEAN juga melibatkan negara lain melalui kegiatan latihan bersama. Konsep dari ADMM pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi usaha kawasan lain yang mengedepankan pada dialog dan kerja sama pertahanan.
Posisi ASEAN dalam konflik di Laut China Selatan. Ditengah ketegangan yang terjadi di kawasan Laut China Selatan, ASEAN telah menyerukan penahanan (restraint), dengan menekankan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. ASEAN juga dapat menjadi penyeimbang antara dua kekuatan besar yang terlibat di Laut China Selatan yaitu Amerika Serikat dan China. ASEAN juga akan mempercepat penyelesaian Laut China Selatan melalui The Code of Conduct (CoC) dimana hal tersebut merupakan sikap yang di ambil oleh negara-negara ASEAN yang terlibat. Meskipun banyak kendala dan tantangan yang dihadapi dalam upaya penyelesaian konflik di Laut China Selatan, ASEAN tetap memiliki peranan penting sebagai wahana untuk menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan.
Turut bergabung dalam KKLN online FSP Unhan RI beberapa Dosen Diplomasi Pertahanan serta para Sekretaris Prodi FSP Unhan RI.
Mengetahui: Kabag Humas Unhan RI.