Bogor – Mahasiswa Prodi Damai dan Resolusi Konflik, Fakultas Keamanan Nasional Universitas Pertahanan (Unhan) berkunjung ke The ASAN Institute for Policy Studies, Seoul, Korea Selatan. Dipimpin oleh Warek I Bid. Akademik dan Kemahasiswaan Unhan Mayjen TNI Sudibyo, S.E., D.S.S., M.Si, dan didampingi Wakil Rektor II Bid Umum dan Keuangan Unhan Mayjen TNI Lasmono, M.Si (Han), Kamis (27/6).
Seminar dimulai dengan presentasi dari Dr. Lee Jaehyon sebagai Senior Fellow of The Center for ASEAN and Oceanian Studies di Asan Institute of Southeast Asian Studies (KISEAS). Beliau menjelaskan bagaimana peran ASEAN dalam proses perdamaian di Semenanjung Korea. Selain peran, ada dampak-dampak yang menjadi pertimbangan bagi negara negara ASEAN seperti hubungan bilateral dengan korea terkait keterlibatan ASEAN.
Presiden Moon Jae In dalam kuliahnya di Singapore pada 13 July 2018 menyampaikan bahwa Ketika Korea Utara menarik tekanan atas denuklirisasi, sangat diharapkan Korea Utara akan mengundang berbagai macam badan konsultasi dari ASEAN dan penguatan kerjasama negara negara Asean dengan Korea Utara. Hubungan ini harus dibina demi kepentingan Korea Utara atas pelibatan dirinya menjadi anggota dunia internasional.
Sebanyak tiga kali pertemuan yang dilakukan untuk membahas ketegangan di Korea Peninsula yakni NK-US Summits, New Southern Policy, dan Merits and expected roles of ASEAN.
Mengapa pertemuan dilakukan di tempat asing seperti Hanoi? Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan ketertarikan dunia internasional khususnya ASEAN atas peristiwa ini sebagai upaya tindak lanjut urusan internasional kedepannya. Kuliah ini juga membahas terkait kompetisi superpower antara US dan Tiongkok sebagai jawaban atas isu yang berkembang atas tindakan US dalam pertemuan dengan Korea Utara.
ASEAN merupakan tiga terbaik partner dalam kebijakan dan hubungan kenegaraan dari Korea Selatan. Ada banyak sekali usaha yang dilakukan oleh Presiden Korea Selatan untuk menjadikan Korea sebagai Global Middle Power dan kontribusinya terhadap ASEAN.
Ada tiga Prinsip dan Strategi ASAN Institute yakni, People, Prosperity dan Peace. Dalam hal ini, Dr. Lee menjelaskan mengenai nilai Perdamaian dan Keamanan bagi seluruh pihak. Setiap negara memiliki penekanan- penekanan dalam hal pertahanan, seperti Korea Selatan atas Korea Utara. Berbicara pertahanan menjadi cukup sensitif dan serius bagi setiap negara yang karenanya dalam upaya pertahanan dan strategi juga cukup berbeda.
Dibanding dengan negara negara Eropa, Korea Utara lebih nyaman dengan negara ASEAN salah satunya Indonesia. Ada hubungan yang baik yang sudah ditumbuhkan sejak masa Presiden Soekarno dengan hubungan diplomatiknya dengan Presiden Kim Il Sung. Bunga yang dinamakan Kimilsungia ada salah satu simbol kekerabatan antara Indonesia dan Korea Utara. Hanya ada 6 kedutaan negara ASEAN di Korea Utara yang salah satunya adalah Indonesia.
Bagusnya kerjasama antara Korea Utara dan negara ASEAN, seharusnya tidak dimaknai buruk, tetapi menjadi jembatan perdamaian atas ketegangan kedua negara Korea dan juga pendukung upaya perdamaian. Setelahnya, Korea juga harus memikirkan tentang apa yang harus didapatkan negara negara ASEAN dari Peaceful Korean Peninsula.
Menutup presentasinya, Dr. Lee Jaehyon membuka sesi diskusi untuk mahasiswa. Ada beberapa kata kunci yang menjadi pertanyaa mahasiswa seperti indo-pasific, keamanan, administrasi, strategi, propaganda, pertahanan, NGOs dan ASEAN, dan yang paling penting adalah bagaimana Orang Muda Korea melihat Unifikasi dan perannya ke depan sebagai generasi yang menjalani pasca Korea Summit.
Seminar di Asan Institute diakhiri dengan serah terima plakat dan souveniri dari Universitas Pertahanan serta foto bersama.
Seminar diikuti oleh Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Unhan Laksda TNI Dr. Drs. Ir. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc, empat dosen pembimbing, serta Atase Pertahanan Indonesia untuk Korea. (clr)
Authentikasi: Kabag Huma Unhan