Bogor – Mahasiswa Program Studi Prodi Strategi Pertahanan Laut (SPL), Peperangan Asimetris (AW), Strategi dan Kampanye Militer (SKM), Diplomasi Pertahanan (DP) Fakultas Strategi Pertahanan (FSP) Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) melaksanakan Kegiatan Kuliah Kerja Luar Negeri (KKLN) dengan tema “Situasi Laut China Selatan Saat Ini dan Yang Akan Datang” dipimpin oleh Dekan FSP Unhan RI Mayjen TNI Dr. Deni D.A.R, S.Sos., M.Si (Han) didampingi Wakil Dekan Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI Brigjen TNI Sammy Ferrijana, S.Sos., M.Si melalui daring zoom meeting selama lima hari mulai dari tanggal 28 Juni s.d 2 Juli 2021. Senin, (28/6).
Kegiatan KKLN yang dilakukan oleh Prodi Strategi Pertahanan Laut (SPL) hari pertama mengangkat topik “Concept of Marine Defense Strategy” menghadirkan narasumber Dosen Universitas Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) Dr. Wong Chooi Yee menjelaskan secara umum mengenai konsep strategi pertahanan laut yang di pakai beberapa Negara.
Sementara KKLN Prodi Peperangan Asimetris (AW) FSP Unhan RI dengan topik “Concept of Asymmetrical warfare and threats in South China Sea” menghadirkan narasumber dari UPNM Lecturer Dr. Norhazlina Fairuz Musa Kutty, selaku moderator Dr. F. G. Cempaka Timur, S.IP., M.Si (Han).
Prodi Strategi dan Kampanye Militer (SKM) FSP Unhan RI KKLN dengan topik “Concept of The Arms Race in the South China Sea”, menghadirkan narasumber dari UPNM Lecturer, yakni Prof. Madya Adam Leong, dipandu oleh moderator Kolonel Lek Dr. (Cand) Haposan Simatupang, M.Si (Han) CIQnR.
KKLN Prodi Diplomasi Pertahanan (DP) FSP Unhan RI dengan topik “Concept of Defence Diplomacy in South China Sea”, menghadirkan narasumber Dosen Universitas Pertahanan Nasional Malaysia Prof. Ruhanas Harun dipandu oleh moderator Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D Dosen Prodi Diplomasi Pertahanan.
Dekan FSP Unhan RI menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan penelitian dan juga mengaplikasikan secara langsung teori-teori yang telah diajarkan di dalam kelas. Ke depannya, mahasiswa dapat mengembangkan konsep strategi pertahanan laut berkaca dari konsep-konsep strategi pertahanan laut oleh Negara lainnya dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI.
Wakil Dekan FSP Unhan RI mengatakan tujuan dari Kuliah Kerja Luar Negeri (KKLN) ini adalah agar para peserta mendapatkan pemahanan mengenai isu Laut China Selatan situasi saat ini dan prediksi masa depan. Diharapkan KKLN ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam merumuskan pertahanan negara, dan kerjasama yang baik dengan pihak Malaysia terkait isu Laut China Selatan: situasi saat ini dan prediksi masa depan.
Dr. Norhazlina Fairuz Musa Kutty menjelaskan bahwa Kebijakan Pertahanan Nasional Malaysia adalah menggunakan model komprehensif yang juga dikenal sebagai Hanruh. Kebijakan inilah yang menjadi dasar bagi semua kebijakan dalam mengekang segala persoalan baik di tingkat domestik, regional maupun internasional. Strategi penyeimbangan dan lindung nilai terutama diadopsi oleh Malaysia dalam menyelesaikan sebagian besar masalah di tingkat regional. Sebagai negara kecil, strategi lindung nilai tampaknya menjadi kebijakan terbaik bagi Malaysia untuk memastikan keamanan internal dan eksternalnya. Namun, sifat pemimpin, politik dalam negeri, opini publik dan ketahanan ekonomi dipandang sebagai faktor utama yang membentuk posisi Malaysia di tingkat regional dan global.
Dalam paparannya Prof Ruhanas menjelaskan tentang konsep dan definisi-definisi Diplomasi Pertahanan, kemudian bagaimana konsep Diplomasi pertahanan dihadapkan dengan persoalan Laut China Selatan. Prof Ruhanas sempat menjelaskan bahwa istilah Laut China Selatan sendiri ternyata berbeda-beda di beberapa negara ASEAN. Vietnam menyebutnya dengan nama Bien Dong yang artinya Laut Timur, sementara Filipina menyebutnya dengan istilah West Philippine Sea.
Mengutip dari Bill Hayton, Prof Ruhanas menjelaskan bahwa untuk memahami pentingnya wilayah Laut China Selatan bagi dunia maka kita dapat melihatnya secara kasat mata menggunakan pesawat terbang yang melintas di atas Bandara Changi, Singapura. Jika kita melihat ke bawah maka disana terlihat ratusan kapal dari kapal nelayan yang kecil hingga kapal angkutan yang sangat besar memenuhi perairan di sana dimana mereka berlayar untuk mendistribusikan semua barang-barang modern yang kita gunakan saat ini.
Melalui paparannya Prof Ruhanas menyimpulkan bahwa meskipun istilah Diplomasi Pertahanan relative baru, namun kegiatan diplomasi pertahanan sudah cukup lama dilaksanakan di wilayah Laut China Selatan. Namun Diplomasi pertahanan sendiri tidak cukup untuk menyelesaikan konflik yang ada di wilayah Laut China Selatan. Meskipun demikian diplomasi pertahanan tetap memiliki peran penting untuk memberikan kesempatan antar negara yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan untuk tetap saling berdiskusi, membangun rasa percaya dan meminimalisasi permusuhan antar negara. Perlombaaan senjata di laut China selatan didorong oleh faktor adanya konflik perbatasan laut di wilayah perairan laut China selatan, adanyaa kebangkitan China dari segi ekonomi, militer dan diplomasi. Kebijakan luar negeri China mengkampanyekan nine-dash-line sebagai wilayah kedaulatan China, serta menegaskan one China policy – satu China, dimana Taiwan merupakan bagian dari China.
Kegiatan ini dihadiri oleh Sesprodi Diplomasi Pertahanan, beberapa pejabat eselon I, II, dan III Unhan RI, Civitas Akademika Prodi SPL, AW, SKM dan DP FSP Unhan RI, para Dosen FSP Unhan RI.
Megetahui: Kabag Humas Unhan RI.