Jakarta – Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan (FMP) Unhan RI, Laksamana Muda TNI Dr. Sri Yanto, S.T., M.Si. (Han)., secara langsung menghadirkan Dr. Deniz Kocak dari Helmut Schmidt University, Berlin, Jerman untuk menyampaikan kuliah umum kepada mahasiswa Program Magister Pascasarjana Unhan RI. Kuliah yang mengangkat tema “Critical Infrastructures in the Context of Maritime Security, Illegal, Unregulated, and Unreported Fishing (IUUF) in a Comparative Perspective, and Maritime Choke Points” ini menjadi bagian dari komitmen Unhan RI dalam mengkaji isu strategis pertahanan maritim. Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berperan dalam kajian strategis pertahanan, Unhan RI juga memfokuskan pada analisis keamanan maritim dalam perspektif akademis dan kebijakan. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Program Magister Pascasarjana didampingi Anjakdya Bidang Kerja Sama Roren Kermas, Kolonel Sus Dr. Samsul Bahari, M.Bus., dan Kepala Program Studi Magister Manajemen Pertahanan FMP Unhan RI, Kolonel Tek Dr. Ir. Hikmat Zakky Almubaroq, S.Pd., M.Si., CIQnR., CIQaR. Selasa (18/2).
Kegiatan pemberian kuliah umum ini berlangsung di Lantai -8, Kampus Pascasarjana unhan RI .
Dalam kuliah umum ini, Dr. Kocak menyoroti beberapa aspek krusial yang menjadi fokus analisis Unhan RI dalam konteks keamanan maritim, khususnya aspek Keamanan Infrastruktur Maritim, meliputi tantangan dan strategi mitigasi yaitu:
1. Kerentanan Infrastruktur Kritis Maritim
Ketergantungan global terhadap kabel bawah laut yang membawa 90% lalu lintas internet menjadikannya target utama sabotase dan serangan siber. Kemudian stabilitas jalur energi yang melibatkan pipa minyak, gas, dan fasilitas lepas pantai menjadi perhatian utama dalam keamanan energi maritim. Selain itu aspek pelabuhan dan jalur perdagangan internasional menghadapi ancaman hibrida, termasuk gangguan rantai pasok global dan terorisme maritim.
2. Tantangan Hukum dan Geopolitik di Asia Tenggara
Ketegangan geopolitik di Laut China Selatan memengaruhi jalur perdagangan dan infrastruktur maritim strategis. Belum adanya mekanisme hukum internasional yang efektif dalam menangani ancaman terhadap infrastruktur bawah laut. Persaingan kekuatan besar, terutama antara China, Amerika Serikat, dan negara-negara regional, meningkatkan kompleksitas keamanan maritim.
3. Ancaman Hibrida dan Keamanan Siber
Infrastruktur maritim semakin rentan terhadap serangan siber yang dapat melumpuhkan sistem navigasi, komunikasi, serta operasi pelabuhan. Studi kasus sabotase pipa Nord Stream 2022 menjadi contoh nyata ancaman asimetris yang sulit diidentifikasi sumbernya. Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan kendaraan udara nirawak (UAV) menjadi solusi dalam meningkatkan pengawasan maritim.
4. Illegal, Unregulated, and Unreported Fishing (IUUF) sebagai Ancaman Non-Tradisional
IUUF tidak hanya merugikan sektor perikanan, tetapi juga mengancam kedaulatan maritim dan keamanan pangan di Asia Tenggara. Kegiatan perikanan ilegal sering dikaitkan dengan kejahatan transnasional, seperti penyelundupan dan perdagangan manusia. Ketiadaan koordinasi antarnegara dalam menanggulangi IUUF memperburuk eksploitasi sumber daya laut secara tidak berkelanjutan.
5. Strategi Membangun Ketahanan Infrastruktur Maritim
Diversifikasi jalur energi dan infrastruktur digital untuk mengurangi ketergantungan pada satu sistem tertentu. Penguatan keamanan pelabuhan dan fasilitas lepas pantai melalui teknologi pengawasan berbasis satelit, AI, dan drone.
Meningkatkan kerja sama keamanan regional, khususnya melalui ASEAN dan QUAD (Quadrilateral Security Dialogue) forum strategis antara empat negara: Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia. QUAD berfokus pada kerja sama di bidang keamanan, ekonomi, dan teknologi, terutama di kawasan Indo-Pasifik. guna memperkuat deteksi dan respons terhadap ancaman maritim.
Melalui kuliah ini, Unhan RI semakin memperkuat perannya sebagai pusat kajian strategis dalam isu pertahanan maritim. Pendekatan akademis yang berbasis riset dan kajian komparatif terhadap berbagai model keamanan maritim global menjadikan Unhan RI sebagai institusi utama dalam merumuskan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan pertahanan.
Kesimpulan dari kuliah umum ini menegaskan bahwa keamanan infrastruktur maritim merupakan elemen kunci bagi stabilitas ekonomi dan geopolitik global. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan proaktif, investasi dalam teknologi keamanan, serta penguatan kerja sama internasional untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks di era modern.
(Humas Unhan RI).