Bogor – Mahasiwa Universitas Pertahanan dari Program Studi Damai dan Resolusi Konflik, Fakultas Keamanan Nasional (FKN) Ira Guslina Sufa, tampil sebagai pembicara dalam World Conference on Women’s Studies yang berlangsung di Windsor Suite Hotel, Bangkok Thailand, Acara berlangsung pada 25-27 April ini diikuti oleh peserta dan delegasi lebih dari 20 negara di dunia. Jumat (26/4)
Mahasiswa Unhan tampil sebagai pemapar pertama pada sesi “Social Media, Digital, Fenimism and Sexism” pada 25 April 2019, kegiatan ini diikuti oleh lima pembicara dari Amerika Serikat, Jerman, Brunei Darussalam, dan Kanada. Seminar dipandu oleh Dr. Naorem Arunibala Devi, Independent Researcher dari India.
Dalam paparannya, mahasiswa Unhan Ira Guslina membahas mengenai peran komunitas sosial media dalam penguatan kapasitas perempuan di masa datang. Paparan tersebut didasarkan pada penelitian terhadap 7 komunitas sosial media perempuan di Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap founder atau co founder komunitas sosial media ini, ditemukan fakta bahwa keberadaan komunitas sosial media menjadi semakin diminati oleh perempuan di Indonesia. Selain meluaskan jaringan, komunitas sosia media juga memberi kesempatan pada perempuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai bidang yang mereka sukai dan mendekatkan pada akses informasi mengenai kebijakan yang tengah dijalankan perempuan.
Komunitas sosial media juga memberi peluang untuk terlibat dalam kampanye digital yang berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan. Hal yang menarik, komunitas sosial media memberikan akses yang sama pada semua perempuan Indonesia baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam konsep ilmu pertahanan, peningkatan kapasitas perempuan di berbagai bidang akan mendorong semakin kuatnya keamanan nasional suatu negara atau biasa dikenal dengan national security. Pandangan masa kini keamanan nasional tidak lagi hanya dilihat sebatas konteks negara saja, akan tetapi juga ditunjukkan dengan terpenuhinya rasa aman bagi setiap individu serta terpenuhinya akses untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan dan sumber ekonomi.
Nawal El Sadawi, Penulis Terkemuka Dunia dari Mesir yang menjadi keynote speaker mengatakan saat ini perlu ada upaya bersama dari semua pihak tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki dalam memperjuangkan persamaan hak terhadap perempuan. Peningkatan kapasitas perempuan di berbagai bidang merupakan elemen penting dari majunya suatu bangsa. “Feminisme di masa mendatang sangat berbeda di banding masa lalu, dan peningkatan peran terhadap perempuan tidak akan pernah terjadi tanpa kerjasama yang baik dan keinginan untuk terus bergerak.”
World Conference on Womens Studies merupakan agenda tahunan yang menjadi tempat bertemunya para akademisi, aktivis, jurnalis, dan praktisi yang menaruh minat terhadap pentingnya peningkatan perempuan dan kesetaraan gender di berbagai bidang. Conference kali ini merupakan yang kelima dengan mengusung tema “Activism, Soldarity, and Diversity; Feminism Movement Toward Global Sisterhood. Pertemuan ini membahas sejumlah isu penting seperti perempuan dalam politik, kekerasan terhadap perempuan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Profesor Diana J Fox, dari Bridgewater State University Amerika Serikat yang bertindak sebagai penanggung jawab acara mengatakan kegiatan ini diharapkan bisa memberi kontribusi bagi perbaikan mutu hidup perempuan di seluruh dunia.
Selain sebagai sarana menambah jaringan dan kapasitas para peserta, hasil penelitian para peserta yang dipaparkan selama konferensi juga akan akan dipublikasikan pada beberapa jurnal ilmiah bereputasi internasional seperti Scopus, dan Emerging Source Citation Index. Para peserta juga berkesempatan untuk terlibat dalam join research antar universitas dan negara. (heh).
Mengetahui : Kabag Humas Unhan