Bogor – Rektor Universitas Pertahanan Letnan Jenderal TNI Dr. Tri Legionosuko, S,IP., M.AP., yang diwakili oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhan Mayor Jenderal TNI Sudibyo, S.E., D.S.S., M.Si., menerima Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja K., yang akan memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Unhan dengan tema “Perang Dimensi Ke-6: Potensi Krisis Keamanan Nasional“, di Kampus Bela Negara, Komplek IPSC Sentul. Rabu (8/5).
Kuliah umum ini dibuka oleh Wakil Rektor I Unhan, yang mengatakan pentingnya pertahanan dan keamanan nasional di bidang siber, sehingga dalam kuliah umum ini membahas secara mendalam berbagai ancaman siber yang begitu kompleks. Ruang siber perlu mendapatkan perlindungan yang layak guna menghindari potensi yang dapat merugikan pribadi, organisasi bahkan negara, melalui kuliah umum ini diharapkan para mahasiswa dapat menggali ilmu dan berbagi informasi mengenai isu-isu terkini mengenai keamanan siber sesuai dengan tema yang dibahas.
Ketua ICSF Ardi Sutedja K. dalam kuliah umum ini menjelaskan tentang Perang Multi Domain meliputi aspek Laut, Darat, Udara, Luar Angkasa, dan Siber. Lingkup Sektor Sasaran Perang Di Ruang Siber yang dapat menjangkau berbagai bidang seperti kimia, fasilitas komersial, komunikasi, Industri Strategis, Bendungan, Industri Pertahanan, Emergency Service, Energi, Keuangan, Pertanian, Kesehatan, Teknologi Informasi, Nuklir, Transportasi dan sistim Perairan.
Sebelum menjelaskan perang siber dimensi ke – 6, Ardi Sutedja K. menjelaskan tentang Perang Siber Dimensi Ke – 5, meliputi studi kasus pada Stuxnet, dimana periode 2010 dunia dikejutkan dengan sebuah virus komputer yang dirancang untuk menyerang sistem industri muncul secara luas. Stuxnet disebut-sebut para pakar keamanan sebagai bentuk senjata cyber yang menjadi sarana terorisme di dunia maya. Serangannya tidak hanya mencuri informasi di komputer korban, namun mengambil alih sistem kontrol berbasis mesin. Fasilitas nuklir di Iran diduga salah satu target serangan virus tersebut. Hal tersebut mengindikasikan adanya campur tangan suatu negara atau lembaga berdana besar untuk menyusup sistem keamanan nasional negara lain.
Studi Kasus Wannacry, Sepanjang 2017 terjadi serangan siber yang banyak melanda negara-negara dunia. Indonesia juga tidak luput dari serangan siber jenis ransomware yakni sejenis aplikasi perangkat yang dapat merusak sistem komputer dari jarak jauh, Ransomware yang menyerang Indonesia adalah jenis WannaCry yang memanfaatkan kelemahan sistem pengamanan pada Sistem Operasi Windows yang telah ditambal Microsoft melalui Security Update Patch.
Keamanan Siber, saat ini ditinjau dari cybersecurity domain Indonesia baru pada tahap user education meliputi training dan awareness. Masalah krusial yang dihadapi oleh Indonesia saat ini belum adanya badan National Cybersecurity Framework (NCF) yang memiliki peran meningkatkan keamanan infrastruktur cybersecurity, yang menerapkan prinsip dan praktik manajemen resiko, dan meningkatkan keamanan dan ketahanan infrastruktur kritis. NCF juga memiliki kegunaan sebagai Identifikasi dan prioritaskan area yang membutuhkan perbaikan terutama di bidang Cybersecurity, mewujudkan kearah yang diinginkan, sebagai wadah untuk berkomunikasi di antara para pemangku kepentingan tentang risiko keamanan siber.
Kegiatan kuliah umum ini diwarnai dengan tanya jawab antara narasumber dengan seluruh peserta meliputi pengembangan open sistem di indonesia, pengendalian sosial media, pengembangan infrastruktur strategis didukung dengan keamanan siber, kerjasama cybersecurity dengan negara lain. Kegiatan kuliah umum ini diikuti seluruh pejabat eselon III, Dosen dan 268 mahasiswa Unhan, kuliah umun ini diakhiri dengan pemvberian sertifikat dan cinderamata dari Rektor Unhan yang diwakili Wakil Rektor I kepada narasumber dan dilanjutkan kegiatan foto bersama. (Anh)
Mengetahui : Kabag Humas Unhan