Bogor – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., CIQnR., CIQaR., Ph.D., menyambut langsung Kehadiran Menteri Infrastruktur, Pembangunan, dan Kewilayahan (IPK), Dr. Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., MPA., M.A. Penyambutan ini berlangsung di Gedung Rektorat Unhan RI, Sentul. Jum’at (24/1).
Kehadiran Menteri AHY, ini dalam rangka sebagai narasumber dan sekaligus keynote speaker pada acara Special Dialogue bertajuk “3 Bulan Pertama Prabowo-Gibran”, yang diselenggarakan oleh Garuda TV berkolaborasi dengan Unhan RI.
Menteri AHY, dalam keynote speechnya pada pembukaan kegiatan ini menjelaskan “Bagaimana kita memotret snapshot tiga bulan pertama pemerintahan Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran. Tentu dalam perspektif yang lebih luas berbicara lima tahun periode kepemimpinan”.
Menteri AHY menegaskan “Tentu kita benar-benar mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prabowo Subianto sebagai Presiden yang benar-benar ingin mengayomi seluruh kalangan dan seluruh golongan. Ini luar biasa, karena beliau selalu mengatakan Indonesia tidak akan maju tanpa ada persatuan dan kerukunan. Dan tentunya, itu menjadi fondasi untuk kita bisa fokus dalam mencapai dan mewujudkan Asta Cita termasuk pertumbuhan ekonomi 8 persen”.
Selain itu Menteri AHY juga menjelaskan “Dengan kepemimpinan Presiden Prabowo yang kuat, sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan domestik maupun global”. Berbagai badai geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah, perang Ukraina-Rusia, serta ketegangan di kawasan lain, menjadi ancaman yang harus diantisipasi. Indonesia tidak boleh hanya berfokus pada persoalan domestik, melainkan juga harus memiliki pandangan luas terhadap dinamika di kawasan Indo-Pasifik, Asia Timur, dan Asia Tenggara.
Menteri AHY menegaskan “Indonesia adalah negara yang memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin, untuk menjadi leader. Bukan hanya di kawasan, tapi juga tentunya di tingkat dunia. Banyak pencapaian dalam perspektif sejarah kita”, ujar beliau.
Menteri AHY mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, asalkan ditopang oleh swasembada dan kemandirian di tiga sektor strategis: pangan, energi, dan air bersih. Ketiga elemen ini tidak hanya menjadi fondasi penting bagi pembangunan nasional, tetapi juga merupakan sumber utama konflik global, mengingat keterbatasan sumber daya alam yang semakin tergerus di tengah pertumbuhan populasi dunia yang terus meningkat.
Diprediksi pada tahun 2050, populasi dunia akan mencapai 10 miliar jiwa (10 billion people), di mana Indonesia memberikan kontribusi signifikan terhadap angka tersebut. Oleh karena itu, harus mempersiapkan diri secara matang. Ekonomi Indonesia harus kuat, dan pertahanan negara juga harus mampu mengimbanginya. Namun, selalu muncul perdebatan yang dikenal dengan istilah “Guns versus Butter”, yaitu dilema antara memprioritaskan pengadaan alat pertahanan atau pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan. Idealnya, kita tidak perlu memilih salah satu, melainkan memastikan keduanya terpenuhi. Untuk itu, pemerintah bekerja serius dan berkomitmen agar seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar, kesejahteraan rakyat dapat terjamin.
Menteri AHY menekankan pentingnya kemandirian di bidang pangan, energi, dan air, yang harus berjalan seiring dengan pembangunan aspek manusia melalui peningkatan kualitas hidup di sektor pendidikan, kesehatan, serta penyediaan perumahan yang layak, terjangkau, dan sehat. Untuk merealisasikan hal tersebut, dibutuhkan anggaran besar dan infrastruktur yang memadai sebagai fondasi. Menteri AHY menegaskan bahwa infrastruktur adalah kunci utama dalam menunjang berbagai sektor pembangunan. Misalnya, sekolah yang berkualitas memerlukan bangunan dan fasilitas yang baik. Menurunkan biaya transportasi dan logistik membutuhkan konektivitas yang terintegrasi, seperti jalan yang memadai dan moda transportasi darat, laut, udara, serta kereta api yang layak.
Selain itu, penghubung antarpulau memerlukan perhatian khusus, termasuk penambahan armada kapal laut dan pesawat untuk menjangkau daerah-daerah terluar dan terdepan. Pembangunan bendungan juga menjadi prioritas untuk memastikan ketersediaan air bersih, irigasi pertanian, penanganan bencana seperti banjir, serta mendukung energi terbarukan melalui teknologi seperti PLTS terapung dan mikro hidro.
Menteri AHY juga menekankan “3 bulan pertama ini, kita fokus untuk melihat sekali lagi mana saja infrastruktur yang sudah baik dan berjalan selama ini dan mana yang harus kita review kembali. Karena pada prinsipnya, ini juga yang diharapkan oleh Bapak Presiden, setiap infrastruktur harus berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat”. Tidak ada ruang untuk kebocoran atau inefisiensi, baik yang disengaja maupun tidak. Untuk itu, diperlukan penyusunan “roadmap atau blueprint” terintegrasi yang melibatkan koordinasi erat antara kementerian terkait, seperti Kementerian ATR-BPN, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kementerian Perhubungan, serta Kementerian Transmigrasi. Prinsip utamanya adalah memastikan setiap rupiah yang diinvestasikan dalam infrastruktur benar-benar dirasakan manfaatnya oleh rakyat.
Dalam kesempatan ini Menteri AHY juga sangat mengapresiasi Kepala Badan Gizi Nasional, atas pelaksanaan program makanan bergizi gratis yang telah berjalan dan diharapkan terus berkembang. Saat ini, program tersebut telah menjangkau 34 provinsi dengan cakupan lebih dari 700 ribu anak yang menerima makanan bergizi secara gratis. Harapannya, jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 1 juta, 2 juta, dan seterusnya, hingga tidak ada lagi anak Indonesia yang kelaparan atau mengalami kekurangan gizi. Program ini merupakan langkah mulia yang harus didukung oleh seluruh pihak karena berkontribusi langsung dalam menciptakan generasi yang sehat dan kuat untuk masa depan bangsa.
Menteri AHY, juga menegaskan “semuanya untuk saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain, serta bersinergi dan berkolaborasi dengan Universitas Pertahanan, karena infrastruktur pertahanan juga sangat dibutuhkan”.
Dalam kesempatan ini Menteri AHY juga menegaskan Universitas Pertahanan (Unhan RI) diharapkan menjadi garda terdepan dalam membahas dan merumuskan strategi geopolitik guna mendukung ketahanan bangsa.
Menteri AHY juga berkesempatan menyapa kehadiran 22 mahasiswa asal Palestina, yang mengikuti Program pendidikan Beasiswa di Unhan RI, hal ini mencerminkan keterbukaan Indonesia terhadap kerja sama internasional dan menunjukkan solidaritas dalam upaya memperkuat hubungan global.
Menteri AHY menegaskan pentingnya kolaborasi strategis antara Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah dengan Universitas Pertahanan dalam memperkuat infrastruktur pertahanan nasional. Ia menyoroti pengalaman dalam transformasi TNI, termasuk penyempurnaan doktrin strategis sebagai landasan untuk memastikan kesiapan pasukan menghadapi ancaman melalui pendekatan capability-based assessment dan threat-based assessment. Penggelaran pasukan di kawasan strategis seperti ALKI 1, 2, dan 3 juga memerlukan perencanaan matang untuk menjawab tantangan geografis dan demografis yang terus berkembang.
Menteri AHY juga mengingatkan dua tugas utama seorang pemimpin, yakni “Membangun profesionalisme pasukan dan meningkatkan kesejahteraannya “. Di tengah perkembangan teknologi alutsista, Menteri AHY menekankan bahwa sumber daya manusia (human capital) tetap menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pertahanan.
Mengakhiri keynote speechnya, Menteri AHY mengapresiasi peran lulusan Unhan RI dan akademi TNI serta kepolisian dalam membangun pertahanan nasional yang unggul. Menteri AHY memastikan bahwa Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah siap bersinergi dengan Unhan RI untuk mengembangkan infrastruktur strategis yang berdampak langsung pada profesionalisme pasukan dan keamanan nasional, sesuai dengan semangat memajukan pertahanan dan kesejahteraan Indonesia.
Turut hadir sebagai narasumber utama dalam event ini yaitu, Menteri Koperasi RI, Budi Arie, Wakil Menteri Pertanian RI, Sudaryono, Wakil Menteri Luar Negeri, Arif Havas O, Kepala Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi, Rektor Universitas Pertahanan RI, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., Ph.D., Kepala Badan Gizi Nasional, Prof. Dr. Ir. Dadan Hindayana, Pengamat Politik Agung Baskoro, dan Pengamat Ekonomi Wijayanto Samirin.
Dengan kehadiran tokoh-tokoh nasional dan partisipasi aktif dari mahasiswa, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi perumusan kebijakan yang inklusif, progresif, dan berbasis pada kebutuhan masyarakat.
Dalam event ini para peserta berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan para narasumber. Antusiasme mahasiswa terlihat dalam sesi tanya jawab yang membahas berbagai isu strategis, seperti pengembangan sektor pertanian modern, pemberdayaan koperasi berbasis teknologi, dan upaya memperkuat diplomasi pertahanan Indonesia.
Acara ini juga diikuti langsung oleh mahasiswa Unhan RI sebagai peserta dialog, para pejabat Eselon I, II, III, Dosen dan staf Unhan RI.
Kegiatan acara special dialogue 3 Bulan Pertama Prabowo-Gibran, tidak hanya menjadi sarana untuk mengevaluasi langkah awal pemerintahan, tetapi juga memperkuat kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan pemerintah dalam merancang kebijakan strategis untuk masa depan Indonesia.
(Humas Unhan RI).