Bogor – Pusat Studi Pusat Studi Prodi Peperangan Asimetris (AW), Fakultas Strategi Pertahanan (FSP) Unhan, selenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tentang “Strategi Indonesia menghadapi normal baru di ruang Siber: Perlindungan Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional (IIKN), FGD ini dibuka oleh Dekan FSP Unhan Mayjen TNI Dr Deni DAR, S.IP., M.Si (Han).
Kegitan FGD ini menghadirkan narasumber pakar Siber dari BSSN Dr. Agung Nugraha, S.IP., M.Si (Han), dan pakar siber yang juga sekaligus Dosen Prodi Peperangan Asimetris Unhan, Dr. Ir. Agus H.S. Reksoprodjo, dengan moderator FGD Dr. Fauziah Gustarina Cempaka Timur, S.IP., M.Si (Han).
Dalam sambutannya Dekan FSP Unhan menyampaikan perkembangan teknologi saat ini berdampak pada terbentuknya ruang Siber, dengan konektifitas jaringan komunikasi global disegala aspek kehidupan masyarakat pada suatu negara, kondisi ini berdampak pada ketergantungan masyarakat atas pemanfaatan pada pelayanan infrastruktur tersebut.
Sehingga muncul istilah Infrastruktur Kritikal yang didefinisikan sebagai sistem teknologi jaringan, layanan, dan aset, baik yang bersifat fisik maupun lunak atau Siber, yang jika terganggu atau hancur, akan berdampak buruk pada kesehatan, keselamatan, keamanan, atau kesejahteraan ekonomi masyarakat modern pada sebuah negara.
Indonesia harus cepat mencermati, memahami dan mengantisipasi ancaman yang dapat muncul akibat peningkatan aktivitas masyarakat Indonesia diruang Siber dalam era normal baru. Indonesia perlu menentukan strategi yang diperlukan terutama melalui badan Siber dan Sandi Negara, dalam menghadapi ancaman terhadap Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional yang mungkin atau telah muncul di Indonesia.
Sebagai narasumber pertama pakar Siber dari BSSN Dr. Agung Nugraha, S.IP., M.Si (Han), yang menjelaskan tentang “The New Normal : Navigating Cybersecurity and Remote Working”, melalui pemaparnya dijelaskan kondisi pandemi Covid-19, yang berdampak pada aspek kehidupan manusia, hingga berpengaruh pada profesi bidang IT.
Pandemi ini membuat pemerintah mengambil langkah-langkah pencegahan melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan menerapkan soscial Distancing dan physical Distancing, selain itu diberbagai pihak menerapkan Work From Home (WFH). Aktivitas yang banyak dilakukan secara remote karena WFH, tentu meningkatkan risiko keamanan informasi, Biasanya karyawan yang mengakses sistem lewat jaringan internal, kini harus mengakses jaringan internal lewat VPN, sehingga potensi risiko besar adalah “Teleworking” atau “Remote Working”.
Dalam pemaparnya dijelaskan bahwa, menurut Interpol, beberapa serangan yang meningkat diantaranya terkait dengan Malicious Domains, Malware (termasuk APT), dan Ransomware (khususnya menyerang institusi kesehatan). Jika merujuk ke rekomendasi working group Cybersecurity dari World Economic Forum, terdapat Lima Prinsip Cyber Leadership untuk New Normal yaitu pertama, Foster a culture of cyber resilience atau kemampuan organisasi untuk bertahan dari serangan siber / cyber attaack. Kedua, Focus on protecting critical capabilities and services, ketiga
Balance risk-informed decisions during the crisis and beyond. Keempat, Update and practice your response and continuity plans as your business transitions to the new normal dan kelima Strengthen ecosystem-wide collaboration.
Sementara pemapar kedua pada FGD, Dosen Prodi Peperangan Asimetris Unhan, Dr. Ir. Agus H.S. Reksoprodjo, memaparkan tentang kiat melindungi Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional (IIKN), dalam Pemaparnya menjelaskan Infrastruktur Kritis merupakan aset, sistem, maupun jaringan, berbentuk fisik maupun virtual yang sangat vital, jika terjadi gangguan berpotensi mengancam keamanan, kestabilan perekonomian nasional, keselamatan dan kesehatan masyarakat atau gabungan diantaranya. Gangguan terhadap infrastruktur kritis akan membawa dampak dan risiko yang besar bagi negara. Setiap negara memiliki kriteria dan karakteristik yang berbeda untuk mengidentifikasi Infrastruktur Kritis Nasional tergantung pada situasi dan kondisi lingkungannya, untuk melakukan perlindungan Infrastruktur Kritis pada umumnya dan khususnya Infrastruktur Informasi Kritis Nasional (IIKN) diperlukan strategi yang dapat diimplementasikan untuk menjamin keamanan pemanfaatan teknologi pada infrastruktur kritis.
Dalam merancang sebuah strategi perlindungan terdapat tiga hal yang menjadi pertimbangan yaitu: people, process dan technology. People berfokus pada pembangunan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia, Process berfokus pada regulasi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan sebagai panduan untuk melaksanakan perlindungan Infrastruktur Kritis, dan teknologi yang berfokus pada pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu atau pendukung untuk melakukan perlindungan secara komprehensif, efektif dan efisien.
Pada FGD ini juga dilaksanakan tanya jawab peserta dengan narasumber, beberapa aspek pertanyaan melingkupi, peran BSSN dalam melindungi infrastruktur pemerintah dan Industri pertahanan, serta aspek pembangunan kemandirian sistem dan terintegrasi untuk IIKN secara nasional.
Penyelenggaraan FGD Pusat studi prodi Peperangan Asimetris ini dipandu oleh Sesprodi Peperangan Asimetris Kolonel Caj Dr. Drs. Surryanto Djoko Waluyo, M. H., M.M yang diikuti oleh Dosen FSP dan seluruh civitas akademika FSP Unhan. (Anh)
Mengetahui : Kabag Humas Unhan