Bogor – Pusat Studi Teknologi Persenjataan Fakultas Teknologi Pertahanan (FTP Unhan), gelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD, dengan tema ” Program Rudal Nasional sebagai strategi Penguasaan ruang udara dihadapkan dengan perkembangan alat utama sistem persenjataan guna mendukung Pertahanan Negara”. Diskusi ini dibuka oleh Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan (FTP) Unhan Romie Oktovianus Bura, BEng.(Hons.), MRAeS, Ph.D., CIQnR., CIQaR, Rabu (25/11).
Penyelenggaraan FGD ini diinisiasi oleh konsorsium Industri Pertahanan yaitu PT. Dirgantara Indonesia (Persero), PT. Pindad (Persero), PT. Dahana (Persero), PT. Len Industri (Persero), dan PT. TRESS. Melalui PT. Dirgantara sebagai Lead Integrator konsorsium diharapkan mempu menguasai teknologi rudal sehingga mampu mewujudkan kemandirian Industri Pertahanan dalam memproduksi Rudal Nasional.
Focus Group Discussion ini menghadirkan dua narasumber, Dirut Teknologi dan Pengembangan PT. Dirgantara Indonesia Marsekal Pertama TNI Dr. Ir. Gita Amperiawan, M.Sc dan Kepala Sub Direktorat Kesiapan Satuan dan Alat Utama Sistem Senjata (Kasubditsiapsat dan Alutsista) Pusat Kesenjataan Arhanud TNI AD, Kolonel Arh M Desi Arianto dengan moderator diskusi Kolonel Arh Dr. R Djoko Andreas Navalino, S.IP., M.A.B.
Diskusi ini dibuka oleh Dekan FTP Unhan mengatakan, wilayah negara Republik Indonesia yang sangat luas, pemanfaatan ruang udara untuk kepentingan Pertahanan dan Keamanan sangat krusial, sehingga memperoleh keunggulan di ruang udara menjadi pertaruhan banyak negara.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan negara, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan melaksanakan pengembangan Industri dan teknologi pertahanan guna mendorong dan memajukan pertumbuhan Industri Pertahanan, melalui Program Pembinaan Potensi Teknologi Industri Pertahanan (Binpottekindhan), Kementerian Pertahanan menyelenggarakan Program Reverse Engineering System Rudal, yang merupakan program konsorsium Industri Pertahanan yang diinisiasi oleh PT. Dirgantara Indonesia (Persero), PT. Pindad (Persero), PT. Dahana (Persero), PT. Len Industri (Persero), dan PT. TRESS, PT. Dirgantara sebagai Lead Integrator konsorsium diharapkan mampu menguasai teknologi rudal sehingga dapat mewujudkan kemandirian Industri Pertahanan dalam memproduksi Rudal Nasional.
Menutup sambutannya Dekan FTP Unhan menyampaikan melalui FGD pusat studi Prodi Teknologi Persenjataan ini dapat memberikan sumbangan dan pemikiran dalam merumuskan langkah-langkah membangun teknologi persenjataan Indonesia masa mendatang.
FGD ini diawali dengan pemaparan tentang Prospek dan Roadmap Program Rudal Nasional oleh Dirut Teknologi dan Pengembangan PT. Dirgantara Indonesia, yang menjelaskan tentang Air Space (ruang udara) sebagai wilayah di atas daratan dan lautan dalam sebuah negara, dimana titik krusial adalah darat dan laut, sehingga perlu mendapat perhatian dan pengawasan, dengan penguasa wilayah udara untuk mewujudkan kedaulatan serta sebagai penopang ekonomi dan pertahanan nasional.
Selain itu tingkat kerawan wilayah udara dapat dilihat dari aspek Kecenderungan Ancaman datang/Pre-Emptive Strike melalui ruang udara dan laut untuk mencapai wilayah darat Indonesia, sehingga keunggulan menguasai ruang udara (air superiority)menjadi titik utama dalam menentukan jalan peperangan untuk mencapai kemenangan.
Sementara Kepala Sub Direktorat Kesiapan Satuan dan Alat Utama Sistem Senjata (Kasubditsiapsat dan Alutsista) Pusat Kesenjataan Arhanud TNI AD, melalui pemaparannya yang mengupas tentang “Konsep peningkatan kemampuan pertahanan Udara TNI AD”, menerangkan Arhanud TNI AD merupakan salah satu fungsi teknis militer umum yang memiliki tugas menyelenggarakan pertahanan udara aktif untuk menghancurkan, meniadakan atau mengurangi daya guna dan hasil guna (efektifitas dan efisiensi) segala bentuk ancaman udara musuh baik yang berupa pesawat terbang, peluru balistik maupun peluru kendali dalam rangka pertahanan udara di medan operasi maupun pertahanan udara nasional.
Arhanud harus mampu menggelar alutsistanya guna melindungi obyek vital
nasional yang strategis di wilayahnya dan harus dapat terintegrasi dengan sistem
pertahanan udara nasional yang utuh dan saling mengisi guna memperoleh daya
tangkal pertahanan pertahanan negara
yang lebih optimal di seluruh wilayah
NKRI.
Sehingga dihadapkan dengan perkembangan situasi dan dinamika ancaman yang berkembang, khususnya ruang udara perlu pengembanganalutsista pertahanan udara dengan kemampuan first to fire, firs line of defense dan juga butuh kesadaran bahwa salah satu deterrent effect suatu negara dilihat dari aspek alutsista.
Selain Pemaparan oleh narasumber kegiatan FGD ini diisi dengan pengembangan diskusi berupa tanya jawab antara peserta dengan narasumber.(Anh)
Mengetahui : Kabag Humas Unhan