Bogor – Rektor Unhan Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD., CIQnR, CIQaR., menjadi salah satu narasumber seminar nasional Lembaga Kajian Ekonomi dan Ketahanan Nasional (LEKOHANNAS-IPWIJA) dengan tema “The Indonesian Defense Strategy for The South China Sea: What if Diplomacy Fails?” melalui Daring Virtual Zoom Meeting. Kamis, (3/12).
Seminar Nasional ini menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Rektor Unhan Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD., CIQnR, CIQaR., Dirjen Strahan Kemhan RI Mayjen TNI Dr. Rer. Pol. Rodon Pendrason, MA., Deputi Bidang Kebijakan dan Strategi Bakamla Laksda TNI Tatit E. Witjaksono, S.E., M.Tr. (Han), CEO PT. Ersi Indonesia Dr. H. Achmad Istamar, MBA, Lektor HI Universitas Jenderal Aahmad Yani Yohanes Sulaiman, Ph.D, dan selaku moderator Direktur Utama Consolidated Service International, Inc James Filgo, MA-IPS, CCPS dan Ketua STIE IPWIJA/Wakil Presiden LEKOHANNAS Associate Prof. Dr. Suyanto, SE., MM., M.Ak., Ak., CA.
Rektor Unhan dalam paparannya menjelaskan tentang Skenario-Skenario Perang Di Laut Cina Selatan Dan Strategi Pertahanan Indonesia. Doktrin Pertahanan Negara menyatakan Bangsa Indonesia cinta damai tapi lebih cinta kemerdekaan dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pertama dan utama adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Strategi pertahanan Indonesia menghadapi berbagai skenario perang di Laut Cina Selatan harus menjadi prioritas pembangunan nasional guna melindungi keselamatan seluruh warga negara Indonesia dan hasil hasil pembangunan nasional selama ini.
Lebih lanjut perang di Laut Cina Selatan diperkirakan berlangsung dalam waktu relatif singkat tapi dampak perang dan akibat setelah perang dapat berlangsung bertahun-tahun. Guna mendukung strategi pertahanan Indonesia tersebut dibutuhkan sistem keuangan negara yang baru untuk menjamin ketersediaan anggaran pada masa perang atau darurat.
Mengetahui: Kabag Humas Unhan.