Jakarta – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., Ph.D., mendampingi Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Prof. Dr. Ir. Dadan Hindayana, dalam pembekalan kepada 477 personel gabungan TNI-POLRI sebagai Training of Trainers (ToT) Diklat Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) Batch-3 TA. 2025 dan 32 Koordinator Pusat Unhan RI. Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat peran SPPI sebagai ujung tombak pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang bertujuan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menuju Indonesia Emas 2045. Kegiatan pengarahan ini bertempat di Gedung Kapten Pierre Tendean, Lt-9, Kemhan RI. Selasa (25/2)
Dalam pemaparannya, Kepala BGN menjelaskan bahwa Program MBG merupakan salah satu prioritas nasional yang dirancang untuk memberikan akses makanan bergizi kepada 82,9 juta penduduk Indonesia. Sasaran utama program ini meliputi ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, hingga siswa PAUD hingga SMA, termasuk sekolah agama. Perubahan nama dari Makan Siang Gratis menjadi Makan Bergizi Gratis dilakukan agar program ini lebih relevan dengan waktu konsumsi yang bervariasi sepanjang hari, sekaligus memberikan nilai edukatif yang lebih kuat.
Program ini difokuskan pada dua fase pertumbuhan kritis, yaitu seribu hari pertama kehidupan untuk mencegah stunting dan fase usia 8–18 tahun guna mendukung pertumbuhan fisik dan kognitif yang optimal. Kepala BGN menegaskan bahwa MBG tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga membangun generasi muda yang sehat, cerdas, dan produktif, sehingga mampu bersaing di kancah global pada tahun 2045.
Dalam pelaksanaannya, distribusi makanan dilakukan langsung di sekolah untuk anak-anak, sedangkan ibu hamil dan menyusui menerima kiriman makanan ke rumah setiap hari. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp71 triliun pada tahun 2025 untuk mendukung program ini, dengan target percepatan agar seluruh penerima manfaat dapat terlayani pada akhir tahun. Apabila percepatan dimulai pada bulan September, maka dibutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp25 triliun per bulan untuk mencapai target tersebut.
Keberhasilan program ini didukung oleh tiga faktor utama, yaitu anggaran, sumber daya manusia (SDM), dan infrastruktur. Dalam aspek SDM, SPPI dari Unhan RI memegang peran penting sebagai pemimpin Satuan Pelayanan Pengembangan Gizi yang bertugas mengoordinasikan distribusi dan memastikan kualitas makanan di lapangan. Sementara itu, dari segi infrastruktur, pembangunan Satuan Pelayanan Pengembangan Gizi menjadi kunci utama kelancaran produksi dan distribusi makanan. Setiap satuan pelayanan dirancang untuk melayani 3.000 orang per hari dan dikelola oleh 50 pekerja lokal, mayoritas ibu rumah tangga, sehingga mampu menciptakan sekitar 1,5 juta lapangan kerja baru di seluruh Indonesia.
Selain berdampak pada peningkatan kualitas SDM, Program MBG juga berperan sebagai motor penggerak ekonomi lokal. Setiap satuan pelayanan membutuhkan pasokan harian berupa 200 kg beras, 350 kg ayam, 3.000 butir telur, 300 kg daging atau ikan, dan 400 liter susu. Permintaan bahan baku yang tinggi ini membuka peluang bagi petani, peternak, dan nelayan lokal untuk meningkatkan produktivitas mereka. Keberhasilan uji coba di Bogor, menjadi contoh nyata bagaimana lahan tidur dapat dioptimalkan untuk menghasilkan 7,5 hingga 8 ton beras per hektare melalui pemanfaatan bio-fertilizer, sekaligus menciptakan pasar tetap bagi hasil pertanian lokal.
Melalui sinergi antara pemerintah, Unhan RI, dan masyarakat lokal, Program MBG tidak hanya menjadi solusi untuk meningkatkan gizi dan kesehatan generasi muda, tetapi juga memperkuat perekonomian daerah. Dengan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, diharapkan program ini dapat berjalan berkesinambungan dan menjadi fondasi kokoh bagi terciptanya SDM unggul yang mampu membawa Indonesia menuju kejayaan pada tahun 2045.
(Humas Unhan RI).