Surabaya – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI Jonni Mahroza, Ph.D., hadir sebagai pembicara pada acara Bedah Buku ” Diplomasi Sang Hiu Kencana “ karya Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, S.E., M.M., M.Tr.Opsla. Kegiatan ini bertempat di Dermaga Kapal Selam Koarmada II Surabaya, Sabtu (20/4).
Kegiatan Bedah Buku ini menghadirkan narasumber lain yaitu Guru Besar Universitas Nasional (UNAS) yang juga Mantan Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Ukraina, Georgia dan Armenia Tahun 2017-2021, Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, S.E,. M.E, dan Kababinkum TNI Laksda TNI Kresno Buntoro SH., LL.M., Ph.D., dengan moderator Chacha Annisa, M.Si.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan KASAL, Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, S.E., M.M., M.Tr.Opsla., yang menyampaikan buku “Diplomasi Sang Hiu Kencana“ merupakan sebuah buku yang bersifat analisis mendalam tentang kompleksitas Diplomasi TNI AL ditengah dinamika lingkungan strategis di kawasan. Buku ini juga berisi prespektif dan gagasan “Decisive Naval Power” serta membangkitkan kembali DNA bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim melalui pendekatan “Naval Diplomacy“.
KASAL juga menjelaskan pemilihan judul “Diplomasi Sang Hiu Kencana“ ini terinspirasi dari pengalaman penugasan ketika berinteraksi dengan Angkatan Laut berbagai negara dalam bentuk latihan, operasi dan event maritim lainnya di tingkat regional maupun internasional.
Seperti yang kita ketahui bahwa Angkatan Laut mempunyai tiga peran universal dimana salah satunya adalah peran diplomasi. Diplomasi Angkatan Laut pada dasarnya merupakan proses komunikasi dalam konteks hubungan antar angkatan laut yang disatukan oleh semangat Navy Brotherhood maupun Submarine Brotherhood.
Selanjutnya beliau juga menjelaskan tentang istilah “Sang Hiu Kencana“, yang menggambarkan kebanggaan sebagai prajurit Korps Hiu Kencana yang ditempa dengan nilai-nilai kepemimpinan, ketabahan, kesetiaan, kekesatriaan serta keperwiraan sepanjang perjalanan pengabdian tugas.
Kasal menyampaikan bahwa selaras dengan visi Indonesia emas 2045 yang membawa konsekuensi logis berupa tuntutan penguatan strategi pertahanan negara yang berorientasi outward looking, “Diplomatic Approach” berperan vital dalam mendukung upaya mewujudkan visi TNI Angkatan Laut (TNI AL) sebagai kekuatan pertahanan laut yang modern, menggentarkan dan berproyeksi global.
Dalam konteks Diplomasi Maritim, Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali juga berhasil membangun hubungan yang baik dengan berbagai negara non-maritim. Beliau memahami pentingnya menjalin kemitraan strategis dengan negara-negara yang memiliki kepentingan ekonomi dan politik di wilayah perairan. Melalui diplomasi yang bijaksana, beliau berhasil membawa hasil-hasil yang positif dalam memperluas jaringan kerja sama internasional di sektor maritim.
Dalam bedah buku Diplomasi Sang Hiu Kencana ini, Rektor Unhan RI Letnan Jenderal TNI Jonni Mahroza, Ph.D., meng-highlight apa yang ditulis Laksamana TNI Moh. Ali dalam Bagian 3 dari buku Diplomasi Sang Hiu Kencana, Why Do We Need Navy?. Rektor Unhan RI menjelaskan secara teoritis maupun empiris, TNI AL adalah aktor diplomasi. Selain itu secara universal TNI AL memiliki peran diplomasi sebagaimana Trinity Roles dipahami secara luas, yaitu peran military, canstabulary, and diplomacy.
Rektor Unhan RI juga menjelaskan teori Alfred Thayer Mahan tentang Global Power, yang sampai saat ini tidak terbantahkan, “Who Controls The Sea, Controls The World“. Hal ini dibuktikan dengan pada zaman kolonial abad ke 17 s.d 20, yang membuktikan bahwa kekuatan global dan globalisasi ekonomi sangat ditentukan oleh kekuatan maritim. Selain itu Inggris juga mampu menguasi seperlima dunia berkat kekuatan lautnya, dan diusul dengan Jepang yang mampu menchallege kekuatan Barat karena kekuatan lautnya.
Rektor Unhan RI dalam bedah buku ini juga menjelaskan, meskipun kehadiran teknologi pesawat tempur, missiles dan aerospace seolah akan menggantikan kekuatan laut, namun kemampuannya tetap saja terbatas. Untuk jangkauan global, keberadaan kapal induk dan platforms laut tetap saja menempati posisi vital. Bagi Indonesia, vitalnya TNI AL tentu saja bukan karena kita bermimpi untuk menjadi kekuatan global, setidaknya saat ini, jangka pendek atau menengah. Tetapi secara alami TNI AL menjadi kebutuhan mendasar pertahanan negara. Suka atau tidak suka Indonesia adalah negara kepulauan.
Rektor Unhan RI juga memberikan komentar terhadap apa yang ditulis pada bab-bab berikutnya dimana buku ini secara lengkap, details, dan sangat menarik mendokumentasikan berbagai bentuk diplomasi yang telah dilaksanakan oleh TNI AL. dan hal ini tentunya dapat menjadi rujukan bagi para mahasiswa Unhan RI khususnya Program Studi Diplomasi Pertahanan. Sehingga buku ini dapat menambah dan memperkaya khazanah keilmuan baru bagi mahasiswa Unhan RI.
Rektor Unhan RI dalam kesempatan ini juga menjelaskan, dalam konteks Diplomasi Pertahanan, Unhan RI melihat Diplomasi dalam tiga kepentingan. Pertama Diplomasi Pertahanan sebagai Confidence Building Measure (CBM) guna menurunkan ketegangan melalui berbagai kegiatan seperti kunjungan negara, kerja sama strategis, melakukan latihan bersama dan lain-lain. Kedua Diplomasi Pertahanan dilakukan untuk “Capability Building“, guna meningkatkan kemampuan personel TNI AL melalui Transfer Teknologi, best practice dari negara lain. Ketiga Diplomasi pertahanan untuk meningkatkan perkembangan industri pertahanan dan modernisasi alutsista.
Dalam kesempatan ini Rektor Unhan RI berharap semoga diplomasi TNI AL, khususnya diplomasi kapal selam Indonesia bisa lebih diperkuat, tentu saja akan sangat tergantung pada jumlah, type dan kemampuan kapal selam yang kita miliki. Negara Indonesia pernah memiliki kekuatan kapal selam yang kuat zaman Orde Lama, hal ini menjadi salah satu kekuatan kapal selam terkuat di Asia. Dengan kondisi geopolitik saat ini dan visi misi Indonesia Emas 2045, kita membutuhkan jauh lebih kuat.
Rektor Unhan RI juga menegaskan Kekuatan kapal selam akan menjadi tolak ukur penting bagi negara lain mengkalkulasi kekuatan pertahanan Indonesia. Efek deterent dan compelent dari kapal selam sangat-sangat penting dan menjadi prasyarat utama bagi Indonesia, berdaulat di seluruh wilayah laut Indonesia.
Rektor Unhan RI juga melalui kesempatan ini menyampaikan ucapan selamat atas Buku Diplomasi Sang Hiu Kencana, Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali, S.E., M.M., M.Tr.Opsla.
Buku ini juga mendapat tanggapan dan apresiasi Prof. Dr. Boediono Wakil Presiden RI ke-11, periode 2009-2014. Bahwasanya tugas diplomasi untuk menjaga kepentingan dan kedaulatan negeri bukan hanya berada di pundak para diplomat. siapapun, setiap elemen bangsa, bisa melaksanakan pekerjaan mulia tersebut, termasuk para anggota TNI AL. tugas itu menuntut keuletan untuk belajar tiada henti seperti yang di contohkan oleh KASAL Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali yang saya kenal sejak beliau Perwira Menengah. Buku “Diplomasi Sang Hiu Kencana“ mengkisahkan bagaimana model diplomasi yang unik dilaksanakan oleh pak Muhammad Ali dalam perjalanan tugasnya. sebuah kisah diplomasi yang dilakukan melalui lorong gelap “With No Light At The End Of The Tunnel“. Semoga buku ini dapat memberi Inspirasi dan Motivasi kepada pembaca.
Buku ini juga mendapat apresiasi dan tanggapan dari Dr. H. Bambang Soesatyo, S.E., S.H., M.B.A. Ketua MPR RI, Warga Kehormatan Korps Hiu Kencana TMT 300718 KRI Ardadedali-404. Beliau menjelaskan Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali memimpin sebagai KASAL pada masa yang sepertinya tenang dan damai, tetapi sebenarnya di bawah permukaan justru penuh pergolakan dan rawan konflik, seperti sengketa di perbatasan Laut China Selatan (LCS). Saya salut karena gaya kepemimpinan diplomasi beliau: low profile. Serupa dengan hiu, ia bergerak elegan, senyap dan menajamkan inderanya untuk selalu waspada. Ketika berhadapan dengan ancaman, responnya tegas dan trengginas. Penugasan di kapal selam menempanya untuk tenang, fokus untuk memahami situasi, mencari solusi dan mengomunikasikannya ke para pemimpin lainnya dengan gamblang. Pendekatan ke masyarakat luwes dan tidak berjarak dengan personelnya dan berorientasi pada problem solving. Sosok ini juga konsisten menerapkan command and control dalam leadership-nya dengan tetap menghargai hubungan vertikal dan horizontal tanpa mengesampingkan ikatan personal. Karakter itulah yang melekat pada Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali sebagai Sang Hiu Kencana pada saat menjalankan tugas diplomasi.
Sementara Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Priansari Marsudi, yang juga sebagai Warga Kehormatan Korps Hiu Kencana, Memberikan apresiasi dan tanggapan, bahwasannya Kebijakan luar negeri dan pertahanan layaknya sebuah double helix, yang prinsip dan pelaksanaannya saling berkaitan dan memperkuat. Hal ini kian penting di tengah dinamika global yang semakin multipolar, terutama di wilayah Indo-Pasifik dimana Indonesia berada. Indonesia melalui keketuaannya di ASEAN pada tahun 2023 terus berupaya agar kawasan Indo Pasifik tidak menjadi ajang rivalitas, dengan menjadikan paradigma kolaborasi, inklusivitas dan penghormatan terhadap hukum internasional sebagai de facto norm dalam pengembangan arsitektur kawasan. Oleh karenanya, implementasi konkrit ASEAN Outlook on the Indo-Pacific sebagai inisiasi trust building Indonesia di kawasan membutuhkan sinergi whole of government approach, termasuk insan-insan pertahanan. Dalam kaitan ini, Naval Diplomacy yang dilakukan TNI AL, termasuk di bawah kepemimpinan KASAL Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali menjadi bagian instrumental dalam mewujudkan stabilitas di kawasan. Implementasi upaya Seaman Brotherhood dan Submarine Brotherhood yang menjadi pembahasan dalam buku ini menjadi hal yang krusial untuk dicermati serta diteladani dalam pelaksanaan diplomasi pertahanan Indonesia ke depan. Melalui kepiawaiannya dalam melakukan Naval Diplomacy, KASAL Muhammad Ali telah berhasil menjadikan perairan Indonesia tidak hanya sebagai subjek wilayah pertahanan, namun juga aset diplomasi. Saya menyambut baik penerbitan buku “Diplomasi Sang Hiu Kencana“ oleh Bapak KASAL Muhammad Ali. Saya harap buku ini dapat menjadi aset Indonesia dalam meningkatkan meningkatkan pemahaman serta upaya diplomasi pertahanan ke depan.
Kegiatan bedah buku ini ditandai dengan penyerahan buku “Diplomasi Sang Hiu Kencana“ dan Pin kepada para narasumber.
Acara bedah buku ini dihadiri oleh para Pangkotama wilayah Surabaya, para Pejabat Utama Mabesal, Pejabat Akademisi terkemuka seperti Rektor Universitas Trisakti, Rektor Universitas Brawijaya, Rektor Unair, Rektor ITS, Rektor Unesa, Rektor Universitas Hang Tuah Surabaya serta para Taruna AAL dan mahasiswa dari berbagai Universitas.
(Humas Unhan RI).