Jakarta – Rektor Universitas Pertahanan RI Laksamana Madya TNI Prof.Dr.Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD, ASEAN Eng., hadir sebagai pembicara pada Seminar Nasional bertajuk ” Visi Indonesia 2045 Untuk Penguatan Ketahanan Nasional”, yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka Milad ke – 65, yang diselenggarakan secara online dari Diorama Auditorium Prof. Harun Nasution UIN Jakarta.Senin (20/06/2022).
Seminar Nasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghadirkan Keynote Speaker Menteri Perindustrian RI Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, kegiatan ini terdiri dari dua sesi, untuk pembicara Sesi Pertama menghadirkan pembicara Tenaga Profesional Bidang Ketahanan Nasional, dan Kepemimpinan Lemhannas RI Mayjen TNI (Purn.) Lumban Sianipar, S.I.P. , dan Rektor UGM Prof. Dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K).,Ph.D,. Untuk kegiatan sesi kedua seminar menghadirkan pembicara Rektor Unhan RI Laksamana Madya TNI Prof.Dr.Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD, ASEAN Eng., Gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) Marsekal Muda TNI Eko Dono Indarto, S.I.P., M.Tr.(Han), dan Rektor Universitas Bangka Belitung Dr. Ibrahim, S.Phil., M.Si.
Rektor Unhan RI sebagai pembicara sesi kedua pada Seminar Nasional ini menjelaskan tentang “Peran Pendidikan dalam Memperkuat Ketahanan Nasional dan Bela Negara”, dalam paparannya diuraikan peran lembaga pendidikan sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan kejayaan suatu bangsa. Kualitas pendidikan nasional menjadi tolok ukur keberhasilan memperkuat jatidiri atau identitas nasional sekaligus menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat bela negara. Pendidikan nasional juga harus mengakar dari budaya nasional yang merupakan gabungan dan kombinasi berbagai unsur budaya asli daerah yang berkembang dari waktu ke waktu seiring kemajuan peradaban. Pendidikan nasional mengutamakan lembaga pendidikan, tenaga pendidikan dan peserta didik yang menjunjung tinggi ideologi negara.
Kualitas pendidikan nasional mendorong terbentuknya ketahanan nasional yang kokoh menghadapi serangan dari luar baik serangan ideologi, serangan ekonomi, serangan budaya maupun serangan fisik. Adanya konflik SARA membelenggu terwujudnya ketahanan sosial-budaya yang berakibat rendahnya nasionalisme dan patriotisme.
Pancasila adalah falsafah humanisme yang religius dengan pengakuan bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk, maka manusia dalam kehidupannya selalu menjaga keseimbangan hubungan ke atas dengan sang pencipta, dan hubungan dengan sesama makhluk ciptaan lainnya serta alam semesta. Pancasila juga sebagai falsafah sosialisme yang memandang manusia hidup dalam suatu masyakat karena kodratnya sebagai mahluk sosial yang hidup bersama manusia lainnya. Kebebasan individu seorang manusia dibatasi oleh kebebasan individu manusia lainnya atau kebebasan kelompok manusia yang lebih banyak.
Dalam masyarakat Pancasila, maka budaya setiap manusia Pancasila adalah kebersamaan, kekerabatan, dan kekeluargaan. Kehidupan bermasyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila memiliki ciri-ciri adanya suasana hidup bergotong-royong mengutamakan kewajiban dibandingkan hak. Kewajiban individu manusia kepada masyarakatnya memiliki nilai lebih tinggi atas hak individu.
Multikulturalisme atau keragaman atau kebhinekaan merupakan kenyataan penting yang utama dialami masyarakat dan kebudayaan pada masa silam, masa kini, dan masa mendatang. Multikulturalisme merupakan basis dan fondasi bagi kewargaan, kewarganegaraan, dan pendidikan. Multikulturalisme sebagai landasan budaya merupakan instrumen vital membangun peradaban dimulai dari pendidikan yang berjenjang dan berkelanjutan.
Diakhir penyampaian materinya Rektor Unhan RI menjelaskan masyarakat Indonesia yang multikultural sangat penting menjaga kerukunan hidup dan toleransi sebagai unsur utama terciptanya stabilitas keamanan dan ketahanan nasional. Lembaga pendidikan berperan penting mencetak hasil didik yang nasionalis dan patriot sekaligus meningkatkan kerukunan antar suku, antar umat beragama, antar ras, dan antar golongan guna meningkatkan persatuan dan kesatuan. Tenaga pendidik dan peserta didik harus yakin bahwa proses belajar mengajar di kelas adalah ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, Keduanya harus yakin ideologi Pancasila adalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia.
(Humas Unhan RI)