Bogor – Rektor Unhan RI Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, M.Sc., DESD., ASEAN Eng., menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) Doktrin Operasi Militer (Opsmil) Matra Darat Kartika Yudha dengan topik “Pengembangan Satuan TNI AD dalam Operasi Militer Matra Darat”. Kegiatan FGD berlangsung di Gedung A.H. Nasution, Mabesad. Selasa, (27/9).
Rektor Unhan RI dalam paparannya menjelaskan kunci keberhasilan dari implementasi Sishankamrata terkait dengan ciri kewilayahan adalah bagaimana membangun gelar pertahanan dan keamanan di seluruh wilayah darat, laut, dan udara nasional sebagai satu kesatuan.
Hukum dan doktrin berada dalam satu subsistem, di mana subsistem doktrin senantiasa dijadikan sumber inspirasi, ide, dan acuan dalam merumuskan strategi dan menyiapkan postur sebagai bagian kunci dalam subsistem pengelolaan dan penyelenggaraan. Doktrin Hankamrata berorientasi pada kepentingan nasional dalam subsistem tujuan dan mempertimbangkan subsistem ancaman.
Skala ancaman untuk Matra Darat dapat dianalisis dengan menggunakan teori AHP dan SWOT berdasarkan peristiwa sering terjadi di wilayah tersebut, maka dapat diketahui kecenderungan dari besar, bentuk, dan arah ancaman. Dari hasil analisis akan diperoleh kekuatan Matra Darat yang dibutuhkan untuk menghadapinya.
Satuan infanteri merupakan kekuatan inti dari pasukan Angkatan darat. Tugas pasukan infanteri adalah menguasai dan menduduki wilayah setelah berhasil mengalahkan infanteri musuh. Transformasi satuan infanteri saat ini bertugas tidak saja menghancurkan kekuatan infanteri musuh tetapi juga kekuatan kavaleri dan artileri musuh.
Sistem pertahanan Indonesia bersifat semesta, yang melibatkan komponen cadangan dan komponen pendukung untuk menghadapi ancaman militer, ancaman non militer, atau ancaman hibrida. Keterkaitan antar komponen-komponen pertahanan negara dalam operasi militer dapat dibahas dalam doktrin.
Perkembangan teknologi persenjataan telah mendorong perubahan generasi peperangan. Perkembangan teknologi, dan transformasi satuan infanteri dihadapkan skala ancaman mendorong satuan tempur TNI AD dapat dikonsentrasikan dengan pilihan menjadi Light Cavalry atau Heavy Infantry ataupun kombinasi dari keduanya.
FGD ini diikuti oleh para pejabat teras TNI AD, Dankodiklat TNI, Dankodiklat Mabes Angkatan dan Asops Mabes TNI dan Mabes Angkatan.