Bogor – Rektor Universitas Pertahanan RI Laksamana Madya TNI Prof.Dr.Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD, ASEAN Eng., secara resmi membuka Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI Periode 2017-2021 dengan tema “Diplomasi Kedaulatan”. Kegiatan ini menghadirkan narasumber, Kepala Badan Strategi Kebjakan Luar Negeri Kemlu RI, Dr. Yayan Ganda Hayat Mulyana, Duta Besar Ri Untuk Selandia Baru Periode 2017- 2021, Tantowi Yahya, dan Duta Besar RI Untuk Australia periode 2017 – 2021, Yohanes Kristiarto Soeryo Legowo, serta pembahas materi Dosen Unhan RI, Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D. Kegiatan ini diselenggarakan secara dari online menggunakan zoom meeting. Selasa (16/08/2022).
Rektor Unhan RI dalam sambutan pembukaan menyampaikan, menyambut baik dan memandang penting kegiatan forum debriefing Kepala Perwakilan RI. Hal ini sangat penting bagi sivitas akademika Unhan RI, dalam konteks menjadi sarana yang melengkapi proses belajar mahasiswa.
Rektor Unhan RI menjelaskan tema tentang diplomasi kedaulatan yang menjadi fokus bahasan. Didasarkan pada realitas yang ada, wilayah negara Indonesia sangat luas dan panjang, berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga. Wilayah NKRI berada pada posisi strategis jalur lalu lintas dunia, baik melalui laut maupun udara, karena diapit oleh dua benua dan dua samudra. Wilayah darat Indonesia bersinggungan dan berbatasan langsung dengan beberapa negara sahabat, meliputi Malaysia, Papua New Guinea, dan Timor Leste. Selanjutnya, wilayah laut Indonesia bersinggungan dan berbatasan langsung dengan sepuluh negara sahabat, yakni India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea.
Terkait batas-batas negara Indonesia dengan negara tetangga, sesuai dinamika yang ada, beberapa garis batas negara masih perlu penyelesaian kejelasannya dengan negara tetangga yang wilayahnya bersinggungan langsung dengan negara. Masing-masing negara, termasuk Indonesia tidak bisa secara sepihak menyatakan dan mengklaim batas wilayah negara bahkan sampai di era sekarang ini.
Merujuk pada pengalaman yang ada, proses penyelesaian batas wilayah antar negara ini berdimensi kompleks. Masing-masing negara berkepentingan atas teritorial negara, terkait kedaulatan, hak berdaulat, politik, ekonomi, yuridis, teknis, dan keamanan negara. Strategi yang biasanya dikembangkan adalah melalui perundingan. Seiring dengan itu, perundingan wajib mengedepankan norma dan prinsip hukum internasional.
Dengan adanya Forum ini akan menjadi sarana sharing dalam membahas seperti apakah diplomasi kedaulatan yang perlu dilakukan sehingga berbagai kendala atau kompleksitas permasalahannya dapat diselesaikan dengan jalan damai demi kepentingan kedaulatan negara bangsa maupun kepastian perwujudan tata kehidupan negara bertetangga yang harmonis serta bermartabat. Tidak kalah pentingnya, penyelesaian itu memberikan dasar dan kepastian bagi pelaksanaan penegakan kedaulatan dan hukum serta membuka peluang percepatan pembangunan nasional untuk kesejahteraan bagi semua.
Dalam kesempatan ini Rektor Unhan RI berharap, event ini menjadi bagian dari implementasi kerjasama untuk menjalin kemitraan sinergis diantara organisasi atau institusional pada era saat ini. dirasakan urgensinya dan dalam kontekstualnya adalah kerjasama antara Unhan RI dengan Badan Strategi Kebijakan Kerjasama Luar Negeri Kemlu RI.
Sementara Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN)-KEMLU RI, Dr. Yayan Ganda Hayat Maulana dalam sambutannya menyampaikan, bahwa Forum Debriefing ini merupakan bagian dari implementasi Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Pertahanan RI dengan BSKLN RI-Kemlu RI, beliau juga menyampaikan bahwa Forum Debriefing ini merupakan wadah dimana publik dapat memperoleh informasi langsung dari Kepala Perwakilan RI yang membawa visi dan misi Pemerintahan RI. Selain itu beliau juga memaparkan secara singkat mengenai posisi dari negara-negara Pasifik dan pengaruhnya dengan Indonesia.
Forum Debrief ini dilanjutkan dan dimoderatori oleh Bapak Baskara Pradipta, M.A. selaku Fungsional Diplomat Ahli Madya, Pusat SKK Aspasaf, BSKLN RI-Kemlu RI. Pada kesempatan kali ini, beliau membacakan riwayat hidup dari Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya. Dubes Tantowi Yahya memaparkan mengenai Diplomasi Kedaulatan. Beliau juga memaparkan sejarah diplomatik Indonesia dengan beberapa negara di Kawasan Pasifik seperti Selandia Baru, Samoa, Kerajaan Tonga, Kepulauan Cook, dan Nieu. Selanjutnya, beliau juga menjelaskan tentang
beberapa inisiatif yang menyangkut dengan Pasifik. Materi dilanjutkan dengan paparan beliau mengenai hubungan Indonesia-Selandia Baru dari sudut pandang metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat), serta dukungan Kelompok Separatis Papua di Pasifik yang menjadi salah satu ancaman bagi Indonesia. Beliau juga menjabarkan secara lengkap langkah-langkah apa saja yang sudah dijalankan beliau dan jajarannya untuk menurunkan tensi dari pendukung Organisasi Papua Merdeka, baik itu dari soft maupun hard diplomacy. Beberapa pencapaian yang telah dilakukan Duta Besar RI Tantowi Yahya melalui Soft Power dengan menerbitkan majalah setiap 2 bulan guna pengenalan RI kepada masyarakat di Kawasan Pasifik, selain itu istilah friends for good melalui seni musik sebagai media pendekatan “turning enemies to friends”. Dan juga berbagi beberapa kegiatan seperti offensive diplomacy dengan mendatangkan dan berdialogue langsung antara Pasifik dan Papua RI.
Setelah Duta Besar Yohanes memaparkan materinya, dilanjut oleh akademisi dari Universitas Pertahanan, yaitu Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D. Untuk mengawali pembicaraan, beliau mengatakan kalau beliau setuju dengan pernyataan dari Duta Besar Tantowi Yahya mengenai Indonesia yang cukup abai dengan negara di Pasifik Selatan.
Prof. Banyu juga memaparkan karakteristik dari negara-negara Pasifik Selatan. Tidak lupa beliau juga menjelaskan mengenai posisi politik negara-negara Pasifik Selatan dalam hal pengakuan Taiwan. Kepentingan nasional Indonesia di Pasifik juga digambarkan oleh beliau, dengan contoh bantuan ke Fiji. Yang terakhir, beliau juga memberikan beberapa saran untuk BSKLN RI.
Sesi terakhir Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI pada sore hari ditutup dengan sambutan penutup oleh Bapak M. Takdir selaku Kepala Pusat SKK Asparaf, BSKLN RI, dengan menyampaikan kegiatan ini berlangsung dengan sangat baik dan harapannya kedepan Indonesia memiliki satu direktorat regional yang dapat mengangkat level of engagement di Australia.
Kegiatan Webinnar ini diikuti oleh seluruh seluruh pejabat Eselon I, II, III, Dosen dan sivitas akademika Unhan RI.
(Humas Unhan RI)