Bogor – Rektor Unhan RI Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, M.Sc., DESD., ASEAN Eng., membuka kuliah umum Ketua YAPETA H. Tinton Soeprapto, dengan tema “Penetapan Peristiwa PETA Blitar Tanggal 14 Februari 1945 sebagai Hari Kebangkitan PETA serta Strategi Perang Gerilya di bawah Pimpinan Jenderal Besar Soedirman yang Diakui oleh Dunia”, melalui daring dan luring di Ruang Theater Gd. Auditorium Kampus Bela Negara Unhan RI, Kawasan IPSC Sentul, Jawa Barat. Rabu, (27/7/2022).
Rektor Unhan RI dalam sambutannya menyampaikan bahwa peristiwa PETA Blitar tanggal 14 Februari 1945 sebagai hari kebangkitan pembela tanah air, sangat penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tema yang dipilih sangat relevan bagi kehidupan bangsa dan bernegara. Nilai – nilai sejarah perjuangan hendaknya selalu di aktualisasikan oleh generasi penerus bangsa, dalam setiap langkah membangun bangsa. Melalui kuliah umum ini, diharapkan mendapat gambaran tentang peristiwa PETA Blitar 14 Februari 1945, serta mengetahui dan mendalami strategi perang gerilya di bawah pimpinan Jenderal besar Soedirman.
Pada kuliah umum sebelumnya, Ketua YAPETA sangat jelas menunjukan bahwa peran PETA untuk mendukung Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta untuk berani memproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Diketahui bahwa setelah 1945 pimpinan-pimpinan PETA yang akhirnya menjabat juga pimpinan Angkatan Darat, bahkan yang paling tinggi adalah jadi Presiden, termasuk Presiden Soeharto adalah dari PETA. Ini merupakan suatu kebanggaan bangsa Indonesia, bagaimana kontribusi PETA itu mewarnai sampai dengan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Penting untuk dipahami mengapa secara politik dunia, hanya di Indonesia Jepang pada tahun itu membentuk PETA atau Komponen Cadangan untuk bala Tentara Jepang.
Jepang tidak hanya masuk di Indonesia, juga di negara-negara lain di Asia Tenggara, tapi yang dibentuk menjadi PETA itu hanya di Indonesia. Fakta-fakta sejarah inilah yang nantinya juga bisa menjadi bahan penelitian lebih lanjut oleh para mahasiswa dan dosen Unhan RI. Tanggal 14 Februari 1945 ini merupakan peristiwa monumental yang dampaknya sangat luas bahkan sampai ke tingkat internasional. Peristiwa tersebut telah membuka mata dunia tentang perjuangan para pendahulu yang memiliki keberanian serta semangat pantang menyerah. Filosofi pembentukan PETA di Jaman Jepang untuk penyiapan pasukan cadangan.
Dalam konteks saat ini, pembentukan komponen cadangan yang digagas Menhan RI sangat selaras dengan filosofi perjuangan. Komponen cadangan sangat penting bagi pertahanan negara. Dalam konteks saat ini, pembentukan komponen cadangan yang digagas Menhan RI sangat selaras dengan filosofi perjuangan. Selain itu, komponen cadangan sangat penting bagi pertahanan negara.
Unhan RI sebagai think tank Kemhan RI mengemban tugas diantaranya mengkaji dan meneliti Strategi Pertahanan Rakyat Semesta disesuaikan dengan trend dan perkembangan saat ini. Hal ini diimplementasikan Unhan RI dalam mengemban misi Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Oleh karena itu, menurut Rektor, kuliah umum ini merupakan pengayaan wawasan dan pengetahuan dalam upaya peningkatan kemampuan pertahanan negara. Di samping itu hal yang lebih penting lagi menurut pandangan Unhan RI, adalah bagaimana menyikapi sejarah perjuangan bangsa masa lalu sebagai wahana mempersatukan bangsa dan sekaligus memperkuat komitmen kebangsaan terhadap penguatan nilai-nilai persatuan bangsa ditengah kebhinekaan Indonesia.
Hal ini menjadi tugas bersama untuk bahu membahu dan berperan aktif dalam menjaga nilai-nilai perjuangan sekaligus mengaktualisasikannya dalam kehidupan apapun profesi dan latar belakang sosial.
Seiring memasuki bulan kemerdekaan 17 Agustus, maka moment kuliah umum seperti ini dapat dijadikan sebagai pemacu dan pembakar semangat menggelorakan kemerdekaan untuk membangun bangsa dan negara Indonesia.
(Humas Unhan RI).