Jakarta – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., Ph.D., menegaskan “Kita harus membangun ekosistem yang memungkinkan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen drone dan sensor canggih yang dapat bersaing secara global. Unhan RI siap menjadi pusat riset dan inovasi untuk mewujudkan kemandirian teknologi pertahanan”, hal ini disampaikan dalam pertemuan dengan perwakilan ALTS Canada, ALT, serta Tim Smartfren-Sinar Mas, yang berlangsung di ruang rapat Rektor Unhan RI, Gedung Ki Hajar Dewantara, Kampus Pascasarjana Unhan RI, Jl. Salemba No. 14, Jakarta Pusat. Selasa (18/3).
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut kerja sama riset dan pengembangan (Research & Development / R&D) drone dan sensor dalam skema Public-Private Partnership (PPP). Inisiatif ini bertujuan membangun ekosistem teknologi pertahanan yang mandiri dan berdaya saing tinggi di Indonesia.
Dalam diskusi tersebut, Managing Partner ALTS Canada, Bruce Glikes, bersama Andreas Tedjasukmana (Managing Director ALT) dan Hermanwan (Head of AI Smartfren), menyampaikan pemaparan mengenai potensi pengembangan teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle), khususnya drone Tenebris, yang dilengkapi dengan sistem intelligence, surveillance, and reconnaissance (ISR) berbasis sensor canggih dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI).
Menurut Bruce Glikes, proyek ini bertujuan untuk membangun pusat produksi dan inovasi drone serta sensor di Indonesia, dengan Unhan RI sebagai mitra utama. “Kami ingin menghadirkan teknologi UAV generasi terbaru yang dapat diproduksi dan dikembangkan secara lokal, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pengguna tetapi juga produsen UAV yang mampu bersaing di pasar global,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, tim ALTS dan Smartfren-Sinar Mas menjelaskan bahwa tahap awal kerja sama ini akan difokuskan pada pengembangan prototipe drone yang dapat memenuhi kebutuhan pertahanan dan sektor strategis lainnya, seperti pengawasan wilayah perbatasan, mitigasi bencana, serta pemantauan keamanan maritim.
Bruce Glikes menekankan bahwa pengembangan UAV ini tidak hanya berorientasi pada pertahanan, tetapi juga memiliki potensi komersial yang besar. “Kami melihat peluang ekspor UAV Indonesia ke pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah. Dengan memanfaatkan teknologi AI dan sensor mutakhir, drone yang dikembangkan dalam proyek ini akan memiliki keunggulan kompetitif,” tambahnya.
Pada tahap selanjutnya, proyek ini akan memasuki fase produksi dengan membangun fasilitas riset dan manufaktur di lingkungan Unhan RI. Kerja sama ini juga mencakup program pelatihan bagi tenaga ahli lokal guna memastikan keberlanjutan penguasaan teknologi dan kemandirian operasional UAV di Indonesia.
Salah satu poin utama dalam pertemuan ini adalah rencana penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Letter of Intent (LoI) sebagai dasar kerja sama tripartit antara Unhan RI, Smartfren-Sinar Mas, serta ALTS Canada.
Tim Smartfren-Sinar Mas menyoroti pentingnya komitmen awal dalam bentuk LoI dari Kementerian Pertahanan RI untuk memastikan keberlanjutan proyek ini. “Kami membutuhkan kepastian permintaan (demand assurance) dari pemerintah agar investasi dalam pengembangan UAV ini dapat berjalan dengan baik,” ujar Andreas Tedjasukmana.
Bruce Glikes juga menekankan bahwa proyek ini tidak hanya akan membangun UAV, tetapi juga akan menciptakan rantai pasok teknologi sensor dan sistem AI yang dapat dikembangkan lebih lanjut di Indonesia. “Kami akan membawa tim ahli dari Kanada dan Rusia untuk melakukan transfer teknologi langsung di Unhan RI. Dengan demikian, produksi drone dan sensor dapat dilakukan secara mandiri di dalam negeri,” jelasnya.
Rektor Unhan RI, Letjen TNI (Purn.) Jonni Mahroza, menyambut baik inisiatif ini dan menegaskan bahwa Unhan RI siap berperan sebagai pusat pengembangan UAV dan sensor di Indonesia. “Kami berkomitmen untuk membangun ekosistem riset yang mendukung kemandirian teknologi pertahanan nasional. Kolaborasi ini akan menjadi tonggak penting dalam memperkuat industri pertahanan berbasis inovasi,” ujarnya.
Selain itu, Unhan RI juga akan menyediakan fasilitas pengujian, ruang workshop, serta mendukung pengembangan regulasi terkait operasional UAV di Indonesia. Diharapkan, kerja sama ini dapat menghasilkan UAV yang tidak hanya memenuhi standar kebutuhan militer, tetapi juga memiliki aplikasi luas di sektor sipil dan industri lainnya.
Dengan adanya sinergi antara akademisi, industri, dan pemerintah, proyek ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan teknologi UAV di Indonesia serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri drone dan sensor di kawasan Asia Pasifik.
(Humas Unhan RI)