Depok, UI – Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) bekerja sama Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Departemen Ilmu Hubungan Internasional dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Diplomasi Pertahanan Republik Indonesia Menanggapi Krisis di Semenanjung Korea”, bertempat Gd. Auditorium I Univesitas Indonesia, Depok (19/12).
Seminar Nasional ini diselenggarakan dalam rangka menjawab perhatian isu internasional terkini serta memberikan pemaparan dan diskusi singkat terkait posisi Indonesia dalam menghadapi situasi-situasi terkini di Asia Pasifik. Eskalasi situasi disemenanjung Korea membuka kemungkinan terjadinnya konfrontasi dengan skala yang serius, terutama dengan keberadaan senjata nuklir sebagai salah satu instrumen konflik. Melihat posisi Indonesia sebagai negara yang mengandalkan peran Diplomasinya serta sebagai salah satu negara Asia Pasifik yang akan dirugikan dengan perbesaran skala konflik di semenanjung Korea yang dapat mencapai Asia Tenggara.
Seminar menhadirkan pembicara dari Kementerian Luar negeri Republik Indonesia, Desra Percaya, Ph.D., Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan (FMP) Universitas Pertahanan (Unhan) Laksda TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D. dan pengajar senior Departemen Ilmu Hubungan Internasional UI, Edy Prasetyono, Ph.D., sementara itu sebagai moderator seminar adalah pengajar dan sekertaris Program Pascasarjana Departemen Hubungan Internasional, Ali Abdullah Wibisono, Ph.D.,.
Laksda TR Dr.Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D., menyebutkan, untuk mencegah perang terbuka, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menghidupkan kembali Six Party Talks, dimana Indonesia dapat berperan mendiplomasikan aktifitas militer terbatas yang bersifat defensif dari negara-negara di sekitar semenanjung Korea.
Sementara Itu, Desra Percaya, Ph.D., menyatakan pentingnya cara-cara terkait dialog confidence building measures yang menunjukan maksud untuk berusaha mengerti masalah dan kekhawatiran utama yang dimiliki oleh Korea Utara.
Menurut Edy Prasetyono, Ph.D., Indonesia berkomitmen pada rezim non-proliferasi senjata nuklir. Indonesia mempertahankan posisi bahwa nuklir harus dimanfaatkan sebatas kepentingan damai dan memajukan kemanusiaan. Dengan berbekal pertalian sejarah antara Indonesia dan Korea Utara di Era Sukarno, serta hubungan-hubungan diplomatis yang dibangun kembali sejak era Presiden Megawati, Indonesia berusaha melihat kembali pengaruh seperti apa yang dapat dilakukannnya dalam krisis di semenanjung Korea.
Seminar dihadiri oleh perwakilan mahasiswa dan dosen baik dari Unhan maupun dari UI hadir pula Duta Besar Korea Utara Yang Mulia An Kwan II.
Authentikasi : Kabag Humas Unhan.