Bogor – Sekjen Kemhan Marsdya TNI Hadiyan Sumintaatmadja dan Rektor Unhan Mayjen TNI Dr. Yoedhi Swastanto, M.B.A menghadiri bedah buku Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna dengan judul “Air Defense Antara Kebutuhan dan Tuntutan”, dilaksanakan di di gedung Auditorium Unhan, Kampus Bela Negara, Sentul (4/4).
Menurut Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna, penggunaan satelit oleh negara-negara maju saat ini tidak lagi digunakan untuk kepentingan komunikasi saja, sebagaimana ide awal penggunaan teknologi satelit. Namun telah berkembang menjadi sarana pendeteksian dan penghancuran yang tanpa diketahui negara lain. Hal inilah yang kemudian menjadi pertanyaan, seberapa tinggi sebenarnya ruang kedaulatan udara suatu negara negara apabila justru di ruang tersebut bertebaran berbagai satelit dari negara lain yang memantau, mendeteksi, bahkan mengganggu sistem jaringan komunikasi dan informasi.
Penempatan sejumlah radar udara di berbagai daerah di Indonesia memang harus terus diupayakan oleh TNI AU untuk melakukan pemantauan dan pengamatan terhadap sejumlah pesawat asing ilegal yang mencoba terbang di wilayah udara yurisdiksi nasional. Akan tetapi semua itu belum cukup mampu, apabila sistem deteksi untuk satelit-satelit yang bertebaran di ruang angkasa masih belum dimiliki oleh TNI AU. Bahkan keselamatan para pilot TNI AU dan pesawat komersial Indonesia sebenarnya sangat terancam, apabila ada konspirasi jahat dari negara-negara pemilik satelit yang berniat buruk pada saat mereka terbang bersama pesawatnya,” demikian dijelaskan oleh Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna
Kegiatan Bedah Buku ini diawali dengan kata sambutan dari Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna tentang bukunya yang berjudul “Air Defense Antara Kebutuhan Dan Tuntutan” dalam hal ini beliau menyampaikan bahwa Masa depan Indonesia adalah: Bagaimana membangun Pertahanan Udara Nasional yang mampu menguasai wilayah udara, Sehingga terwujud kekuatan dan kedaulatan di seluruh kawasan.
Bertindak selaku reviewer adalah Prof.Ir. Purnomo Yusgiantoro M.Sc.,MA,Ph.D. dan Prof. Dr. Indria Samego, MA. Dalam review buku tersebut Prof.Ir. Purnomo Yusgiantoro M.Sc.,MA,Ph.D. memberikan beberapa catatan kurang lebih 18 halaman yang mendapatkan masukan dan kritikan dari Guru Besar Universitas Pertahanan ini. Halaman demi halaman diberikan masukan, mulai dari Minimum Essential Force (MEF) alutsista TNI, Industri Pertahanan, pembangunan kekuatan pertahanan, anggaran alutsista hingga bagian penutup buku tersebut.
Sementara itu menurut Prof. Dr. Indria Samego, MA, Prof Indria Samego penulisan buku ini tidak perlu melebar kemana-mana. Tidak perlu membandingkan Indonesia dengan negara-negara adidaya, namun cukup dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara saja. Seharusnya pikiran dari Pak Agus Supriatna melanjutkan apa yang ditulis Pak Chappy Hakim (mantan Kasau), karena membangun pertahanan tidaklah mudah, bukan hanya dari sisi manusianya saja tapi juga finansial.
Hadir dalam bedah buku tersebut antara lain Rektor Unhan Ke-4 Letjen TNI (Purn) Dr I Wayan Midhio,M.Phil, Kepala Bakamla Laksdya TNI Arie Sudewo, Pangkohanudnas, Para Perwira dari Mabes AU, Pejabat di Lingkungan Kemhan dan Unhan serta para mahasiswa Unhan dan pejabat Unhan. (arh)
Authentifikasi: Kabag Humas Unhan.