Bogor – Wakil Dekan Fakultas Teknik Militer Unhan RI Kolonel Sus Dr. Ir. Rudy Gultom, M.Sc., CEH., CIQaR menjadi salah satu narasumber webinar Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) Monthly Meeting dengan tema “Cyber War Russia Ukraina”, dilaksanakan melalui daring zoom meeting. Senin, (29/3).
Dalam Webinar PSAPI Monthly Meeting, Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menyampaikan bahwa PSAPI ingin turut serta mensosialisasikan dunia siber dengan mengangkat kasus konflik Rusia dan Ukraina untuk memetik pelajaran bagi Indonesia.
Diharapkan kedepannya, pertemuan tersebut dapat menjadi masukan pihak pengambil kebijakan agar mampu mengembangkan kembali kekuatan teknologi di Indonesia. Serangan siber bukanlah hal yang baru. Beberapa sejarah telah mencatat negara Russia melakukan serangan siber terhadap negara Estonia pada 2007.
Serangan siber kerap kali menyerang sistem data dan informasi publik, hal ini kerap terjadi sejak lama. Tidak terkecuali pada sistem pertahanan dan keamanan sebuah negara. Hal ini menarik dibahas karena sedang hangatnya perang antar dua negara Russia dan Ukraina.
Meski demikian, kita kerap melihat perang antar dua negara tersebut adalah perang fisik angkat senjata, namun siapa sangka bahwa serangan siber pun kerap dilakukan untuk saling menyerang demi mempertahankan negara masing-masing.
Wakil Dekan Fakultas Teknik Militer Unhan RI dalam paparannya menyampaikan bahwa siber merupakan sebuah sistem jaringan yang terhubung dalam suatu alat komunikasi. Serangan siber datang menggunakan sistem internet, di mana internet adalah jaringan komputer global yang menyediakan berbagai fasilitas informasi dan komunikasi, terdiri dari jaringan yang saling terhubung menggunakan protokol komunikasi yang terstandarisasi.
Pentingnya Sistem Keaman Siber. Masalah keamanan menjadi aspek penting dari sebuah manajemen sistem informasi. Sayang sekali masalah keamanan ini sering kali kurang mendapat perhatian dari para pemilik dan pengelola sistem informasi. Seringkali masalah keamanan berada di urutan kedua, atau bahkan di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang dianggap penting. Apabila menggangu kinerja dari sebuah sistem, seringkali keamanan dikurangi atau ditiadakan. Apalagi sudah merugikan sebuah sistem pertahanan dan keamanan sebuah negara.
Ketua Forum Keamanan Siber Indonesia Ardi Sutedja menambahkan bahwa sistem malware jika sudah terkena serangan tidak bisa diperbaiki layaknya penyok mobil yang didempul. Sehingga sistemnya harus diganti.
Saat ini yang terlihat ancaman bagi sebuah negara mungkin hanya kita lihat dari alutsistanya, atau mungkin kita berpikir jika negara tersebut memiliki nuklir yang kuat maka dia adalah negara yang terkuat. Tetapi siapa sangka, ternyata tidak hanya itu.
Research and Development Pusat Studi Air Power Indonesia Dr. Tommy Andoko memaparkan bahwa ada tiga ancaman besar bagi masa depan yaitu ancaman fisik kepada infrastruktur vital, serangan siber kepada infrastruktur vital, dan Bio-Chemical Attacks (NUBIKA atau CBRN).
Turut Hadir dalam webinar putra sulung Presiden RI pertama Guntur Soekarnoputra, Kepala Pusat Litbang Transportasi Udara Kemenhub Capt Novyanto Widadi, Kepala Pusat Potensi Dirgantara Marsma TNI Fajar Adriyanto, para akademisi dan praktisi. Serta Moderator Rachmat Kartakusuma.
Mengetahui: Kabag Humas Unhan RI.