Bogor – Fakultas Teknologi Pertahanan (FTP) Unhan bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), selenggarakan Webinar Seri Pertama dengan tema ” Kebijakan Pengembangan Teknologi Roket”, yang dilaksanakan secara daring online melalui aplikasi zoom. Selasa (22/09/2020).
Webinar ini menghadirkan narasumber utama Rektor Unhan Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Oktavian, S.T., M.Sc., DESD., CIQnR, CIQaR, dan Narasumber dari Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa, LAPAN Dr. Rika Andiarti, serta Peneliti Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, LAPAN Dr. Mardianis, S.H., M.H. dan Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan Romie Oktovianus Bura, BEng. (Hons.), MRAeS, Ph.D, CIQnR., CIQaR.
Pelaksanaan Webinar diawali dengan sambutan dari Kepala LAPAN RI
Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M.Sc., melalui sambutannya menjelaskan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang berdiri sejak tahun 1963, dalam pengembangan roket tergolong paling sulit, karena teknologi ini tergolong sensitif dan bersifat dual-use, bisa untuk sipil dan militer, namun kelambatan ini dapat diatasi ketika UU No. 21 Tahun 2013 tentang keantariksaan keluar. Kemudian turunannya adalah Peraturan Presiden No.45 Tahun 2017 terkait dengan rencana induk keantariksaan, selain itu untuk menjadi negara maju tentunya perlu menguasai teknologi nuklir dan antariksa. Maka itu, lembaga itu terus berusaha mewujudkan kemampuan penguasaan teknologi roket. Ada lima landasan pengembangan penyelenggaraan kegiatan keantariksaan di Indonesia. Kegiatan tersebut yaitu terkait sains antariksa, penginderaan jauh, penguatan teknologi penerbangan dan antariksa, peluncuran satelit atau bandar antariksa, dan kegiatan komersial keantariksaan.
Rektor Unhan menyampaikan paparan dengan tema “Roket sebagai alutsista untuk meningkatkan sistem pertahanan negara”.
Paparan tersebut membahas soal sistem pertahanan negara, tujuh prioritas teknologi pertahanan, teknologi alutsista roket, roket untuk sistem pertahanan negara, dan perkembangan teknologi roket, selain itu Indikator keberhasilan penyelenggaraan pertahanan negara tercermin dalam daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman yang membahayakan kehidupan bangsa dan negara, baik dari dalam maupun luar negeri.
Rektor Unhan mengatakan urgensi penguasaan teknologi roket sebagai sistem tepat untuk melakukan pemantauan mengingat letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan. Pemantauan itu tidak sekadar untuk keperluan militer namun dalam berbagai aspek kehidupan seperti iklim, dan pemantauan sumber daya alam, pentingnya penguasaan teknologi roket sebagai daya tangkal. Kalau negara lain tahu kita memiliki kemampuan membuat roket daya jangka luar biasa itu menjadi daya tangkal yang sangat kuat.
Pengembangan teknologi Roket ini juga berdampak pada Nilai ekonomis yang menjadi kebanggaan nasional, bisa dibayangkan bila Indonesia memiliki roket yang membawa satelit, tentunya menjadi prestasi Indonesia di tingkat dunia, selain itu teknologi roket yang dimiliki suatu negara menjadikan negara tersebut memiliki tingkat kemandirian dalam peluncuran satelit baik untuk keperluan sipil dan terlebih lagi untuk kepentingan pertahanan negara. Pentingnya sinergitas multi disiplin guna mewujudkan teknologi roket yang mandiri untuk meningkatkan sistem pertahanan negara.
Sementara pada sesi pemapar kedua, Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa, LAPAN Dr. Rika Andiarti, mengangkat tema “Arah dan Kebijaksanaan Pengembangan Roket : Ekosistem Industri Pertahanan Nasional”, melalui pemaparannya dijelaskan tentang beberapa aspek Penguasaan Teknologi Keantariksaan meliputi, Penguasaan dan pengembangan teknologi Roket, Penguasaan dan pengembangan teknologi satelit, Penguasaan dan pengembangan teknologi aeronautika; dan Penjabaran teknologi
Melalui pemaparannya disampaikan teknologi merupakan kunci untuk menguasai teknologi roket serta menjadi fokus pengembangan. Kuncinya antara lain menerbangkan roket sejauh mungkin dan seakurat mungkin, seperti roket yang diperuntukkan untuk peluncuran satelit, pengendalian roket dari teknologi di lapangan khususnya sesuai rencana induk keantariksaan roket pengorbit satelit serta teknologi separasi untuk memisahkan roket dan muatan roket.
Fokus pengembangan teknologi kunci memang bukan langsung ke roket yang berukuran besar. Pengembangannya dimulai dari roket yang berukuran kecil terlebih dahulu seperti roket sonda yang mana sistem separasi muatan dikembangkan di roket RX320.
Sedangkan penguatan teknologi motor roket difokuskan untuk roket bertingkat. Lapan sedang mencari mitra dari luar negeri untuk bisa melakukan transfer teknologi. Teknologi roket juga diperuntukkan untuk roket yang meluncurkan satelit langsung dari bumi Indonesia pada 2040, sehingga perlu percepatan, untuk itu teknologi roket harus dikuasai secara mandiri karena penggunaannya bisa dimanfaatkan untuk dual use, yakni kepentingan sipil maupun militer.
Pada sesi ke tiga webinar ini pemaparan oleh Peneliti Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, LAPAN dengn tema “Penyiapan Regulasi untuk Pengembangan dan Operasional Roket”, melalui pemaparannya dijelaskan Kemajuan keantariksaan ini telah menunjukan peran dan keunggulannya yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah tertentu dalam pembangunan negara-negara baik yang berisikan kesejahteraan maupun keamanan. Dengan melihat peranan dan keunggulannya itu, minat negara-negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan keantariksaan terus meningkat. Peningkatan keterlibatan negara-negara tersebut dapat dilakukan melalui partisipasi dalam pembuatan wahana antariksa, peluncurannya, dan pembangunan stasiun bumi serta melalui pemanfaatan jasa-jasa yang dihasilkan kegiatan keantariksaan tersebut.
Kegiatan keantariksaan termasuk dalam kelompok kegiatan yang berbahaya. Beberapa bahaya yang kemungkinan timbul seperti bahaya peluncuran seperti kegagalan peluncuran, pencemaran lingkungan, bahaya nuklir, pengaruh terhadap operasi antariksa berawak dan pengaruh lain, bahaya tabrakan seperti tabrakan dengan Pesawat terbang, satelit/wahana antariksa, debris berukuran besar/kecil dan bahaya konflik antar Negara.
Indonesia masih tergolong negara yang memanfaatkan stasiun peluncuran negara lain. Namun demikian pada waktu mendatang berkeinginan untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan peluncuran ini secara menyeluruh. Hal ini didasarkan pada kondisi wilayah Indonesia yang secara geografis terletak di garis khatulistiwa dan mempunyai wilayah laut yang sangat luas yang dipandang sangat strategis bagi peluncuran wahana antariksa. Beberapa lokasi wilayah Indonesia pernah diminati oleh negara-negara lain untuk membangun dan mengoperasikan stasiun peluncuran,
Pada sesi terakhir webinar ini pemaparan dilaksanakan oleh Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan Romie Oktovianus Bura, BEng. (Hons.), MRAeS, Ph.D, CIQnR., CIQaR, dengan tema “Peran Perguruan Tinggi dalam pengembangan Teknologi Roket”, melalui pemaparannya disebutkan teknologi roket perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian bangsa dalam bidang penyediaan persenjataan Pertahanan Negara dan pemanfaatan roket untuk kesejahteraan masyarakat.Walau teknologi roket tidak bersentuhan langsung dengan kepentingan rakyat, peran pengembangan SDM yang memahami teknologi Roket juga sangat utama diperlukan.
Selain menerima pemaparan peserta juga mendapat kesempatan untuk tanya jawab langsung dengan narasumber.
Webinar pengembangan roket ini diikuti oleh 525 peserta dari berbagai kalangan. (Anh).
Mengetahui: Kabag Humas Unhan